Sajikabar – Rani Ridawati, tak bisa menyembunyikan air mata harunya. Ia terharu sekaligus bangga menyaksikan sang putra, Rayyan Arkan Dikha, beraksi di Pacu Jalur Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Gerakan Dikha yang lincah dan penuh semangat, memimpin jalurnya dengan joget khasnya, bukan hanya memukau penonton di lapangan, tapi juga bikin heboh media sosial. Bahkan, gaya Dikha ini sampai ditiru tokoh-tokoh terkenal! Rani sendiri tak menyangka, putranya bisa tampil begitu memukau dan bikin bangga.
Rayyan Arkan Dikha, Si Penari Cilik yang Curi Perhatian di Pacu Jalur
Rayyan Arkan Dikha, atau yang lebih akrab disapa Dikha, adalah bocah yang jadi bintang di Pacu Jalur Kuansing. Dengan pakaian adat Kuansing serba hitam, lengkap dengan penutup kepala dan kacamata gaya, Dikha dengan percaya diri berdiri di ujung perahu jalur. Jalur itu, sampan panjang yang jadi arena adu cepat di tradisi Pacu Jalur. Tugasnya bukan cuma berdiri, tapi juga menari dan berjoget dengan gaya khasnya. Ia berusaha membangkitkan semangat para pendayung dewasa di belakangnya. Aksi inilah yang kemudian mencuri perhatian banyak orang, hingga videonya viral di mana-mana.
Dikha Bikin Dunia Terpukau
Kehadiran Dikha di Pacu Jalur bukan sekadar pemanis, lho. Ia adalah elemen penting untuk membakar semangat tim. Dengan lincahnya, ia menari dan berjoget di ujung jalur, memberikan energi positif ke para pendayung. Gerakannya yang unik dan penuh semangat inilah yang kemudian viral di media sosial. Bukan cuma masyarakat biasa, bahkan tokoh-tokoh terkenal dari berbagai negara ikut-ikutan meniru gaya Dikha! Video parodi dan apresiasi untuk Dikha terus bermunculan. Ini membuktikan aksinya sudah melampaui batas daerah dan menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia. Aksi Dikha ini juga jadi daya tarik tersendiri buat wisatawan yang datang menonton Pacu Jalur.
Kebanggaan Seorang Ibu
Rani Ridawati, ibunda Dikha, jelas bangga banget dengan pencapaian putranya. “Ya senang, tidak menyangka juga. Bangga lihatnya,” katanya saat diwawancarai, Senin (7/7/2025). Rani bercerita, Dikha baru tiga tahun belakangan ini aktif menari di Pacu Jalur. Meski begitu, dia sudah bisa menunjukkan performa yang memukau dan jadi daya tarik utama di setiap penampilannya. Kebanggaan Rani makin bertambah saat melihat aksi Dikha diapresiasi banyak orang, termasuk tokoh-tokoh terkenal. “Ini jadi motivasi buat Dikha untuk terus mengembangkan bakatnya,” imbuh Rani.
Di Balik Keseimbangan Dikha, Ada Latihan Keras
Jangan kira kepiawaian Dikha menjaga keseimbangan badan sambil berjoget di ujung jalur itu datang begitu saja. Di balik penampilannya yang memukau, ada latihan keras dan disiplin yang dia jalani. Ia rutin berlatih bersama anak-anak pacuan lainnya, mengasah kemampuannya untuk jadi joki yang andal saat jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo berpacu. “Ikut menari di jalur sudah 3 tahun terakhir ini. Kalau latihan seminggu 3 kali. Itu latihan pas mau pacu,” jelas Rani. Latihan ini bukan cuma melatih keseimbangan, tapi juga membangun mental dan kepercayaan diri Dikha.
Bakat Turunan dari Keluarga Atlet Pacu Jalur
Bakat Dikha di Pacu Jalur kayaknya memang warisan dari keluarga, nih. Ayahnya, Jufriono (40), juga seorang atlet pacu jalur yang sudah lama berkecimpung di dunia ini. Jufriono tercatat sebagai anak pacuan dari jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, jalur yang sekarang Dikha tunggangi. Bakat mendayung ini sudah dikuasai Jufriono sejak remaja. “Ayahnya atlet pacu jalur juga, adiknya ayah juga atlet. Ya keluarga besar memang atlet pacu jalur, ayahnya ini sudah main sejak dia masih remaja,” tutur Rani. Menurutnya, wajar kalau bakat itu menurun ke Dikha, mengingat dia tumbuh di lingkungan yang kental dengan tradisi Pacu Jalur.
Dikha, Si Siswa SD yang Multitalenta
Di balik kesuksesannya sebagai penari cilik di Pacu Jalur, Dikha adalah seorang siswa sekolah dasar yang sedang belajar di SD 013 Desa Pintu Gobang, Kari, Kuantan Singingi. Ia lahir tanggal 28 Desember 2014, dan sekarang berusia 11 tahun. Sehari-harinya, Dikha tidak cuma fokus latihan Pacu Jalur, tapi juga aktif belajar di sekolah. Rani menambahkan, Dikha belajar menari secara otodidak saat ikut Pacu Jalur. “Sehari-harinya bukan penari, jadi itu spontan saja di atas jalur, belajar otodidak saja nari kebiasaan di jalur. Siapa tahu nanti dia bisa kayak ayahnya, jadi anak pacuan,” ujar Rani.
Aksi Dikha di Pacu Jalur sudah mengharumkan nama Kuansing di mata dunia. Diharapkan, keberhasilannya ini bisa jadi inspirasi buat generasi muda lainnya untuk terus mengembangkan bakat dan melestarikan tradisi budaya daerah. Pemerintah setempat juga diharapkan bisa memberikan dukungan yang lebih besar buat para atlet dan pelaku seni Pacu Jalur, biar tradisi ini tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Pacu Jalur bukan cuma sekadar perlombaan, tapi juga simbol persatuan dan kebanggaan masyarakat Kuansing. ***