Sajikabar – Stratus, varian COVID-19 baru ini, kok bisa sampai masuk radar WHO? Apa sih bedanya sama Nimbus? Yuk, kita bedah tuntas kenapa varian bernama resmi XFG ini perlu jadi perhatian.
Varian COVID-19 memang nggak ada habisnya. Kali ini, muncul Stratus (atau XFG) yang bikin heboh karena memicu lonjakan kasus di Inggris. Bahkan, di sana, Stratus sudah jadi “raja” alias varian yang paling banyak ditemukan. Nggak heran, WHO langsung pasang mata dan menetapkan XFG sebagai variant under monitoring (VUM). Artinya, varian ini lagi diawasin ketat karena makin banyak aja kemunculannya di seluruh dunia.
Tapi, jangan panik dulu. WHO bilang risiko XFG terhadap kesehatan masyarakat global masih tergolong rendah. Kabar baiknya, vaksin COVID-19 yang ada sekarang ini diperkirakan masih ampuh buat melindungi kita dari gejala berat akibat varian ini.
Jadi, XFG ini sebenarnya “anak” dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2. Sampel pertamanya ditemukan tanggal 27 Januari 2025. Perkembangannya lumayan ngebut. Bulan Mei lalu, Stratus menyumbang sekitar 10% kasus COVID-19 di Inggris. Eh, pertengahan Juni, langsung melonjak jadi 40%! Sekarang ada dua “anak cucu” Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Tapi, baru XFG aja yang resmi masuk daftar VUM-nya WHO.
Munculnya Si Stratus (XFG)
Lonjakan kasus yang disebabkan Stratus (XFG) ini yang bikin WHO siaga satu. Kemunculannya di Inggris, terus nyebar ke berbagai negara, jelas jadi perhatian para ahli epidemiologi.
“Peningkatan XFG secara global nunjukkin kalau varian ini lebih jagoan dari varian lain,” kata Dr. Ayu Lestari, ahli virologi dari salah satu universitas ternama di Indonesia, waktu dihubungi via telepon. “Makanya, penting banget buat terus pantau perkembangannya dan dampaknya ke kesehatan masyarakat.”
Status VUM: Apa Artinya?
XFG resmi jadi Variant Under Monitoring (VUM) per tanggal 25 Juni 2025. Status ini berarti varian tersebut butuh perhatian ekstra dari petugas kesehatan.
Tujuannya? Biar bisa cepat dinilai potensi bahayanya XFG dan “keluarganya” terhadap kesehatan masyarakat global, dibanding varian lain yang lagi eksis. Status VUM ini jadi sinyal buat negara-negara anggota WHO untuk meningkatkan pengawasan dan berbagi data. Jadi, para ahli bisa lebih cepat tahu karakter varian ini, seberapa cepat dia nyebar, dan seberapa ampuh tindakan pencegahan yang ada.
Varian Lain Juga Diawasin, Lho!
Selain XFG, ada beberapa varian lain yang juga masuk daftar VUM WHO. Di antaranya:
- KP.3 yang udah nyebar di 86 negara.
- KP.3.1.1 yang udah ada di 91 negara.
- LB.1 yang udah menjangkau 99 negara.
- XEC yang udah mampir ke 78 negara.
- LP.8.1 yang udah ditemukan di 60 negara.
* NB.18.1 atau varian Nimbus yang udah nyebar di 37 negara.
Keberadaan varian-varian ini nunjukkin kalau virus SARS-CoV-2 ini nggak berhenti mutasi dan beradaptasi. Jadi, pantauan terus-menerus dan analisis genomik itu penting banget buat memahami evolusi virus dan ngambil tindakan yang tepat buat melindungi kita semua.
VUM vs VOI: Apa Bedanya?
Penting nih, buat tahu bedanya VUM (Variant Under Monitoring) dan VOI (Variant of Interest). Sekarang, cuma ada satu varian COVID-19 yang masuk kategori VOI, yaitu JN.1. Varian ini udah nyebar di 144 negara.
VOI itu istilah buat varian SARS-CoV-2 yang punya perubahan genetik yang bisa ngaruh ke perilaku virus atau dampaknya ke kesehatan. Misalnya, jadi lebih cepat nyebar, gejalanya lebih berat, atau bikin alat deteksi, pengobatan, dan respons imun jadi kurang efektif. Varian yang jadi VOI biasanya lebih gampang menular dibanding varian lain, jadi bisa nimbulin risiko tambahan buat kesehatan masyarakat global.
Nah, kalau VUM, kayak XFG tadi, itu varian yang lagi dievaluasi lebih lanjut. Kalau VUM nunjukkin peningkatan risiko yang signifikan, WHO bisa naikin statusnya jadi VOI.
Stratus Gantikan Nimbus?
Dulu, Nimbus (NB.1.8.1) sempat jadi perhatian karena penyebarannya luas dan gejalanya unik, kayak sakit tenggorokan yang menusuk. Tapi, sekarang Stratus udah geser Nimbus sebagai varian yang paling banyak ditemukan. Pergeseran ini nunjukkin kalau Stratus lebih jago nular dan beradaptasi dengan manusia.
“Pergantian varian dominan itu biasa dalam evolusi virus,” jelas Dr. Budi Santoso, ahli epidemiologi dari sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. “Virus yang lebih efisien dalam menular dan ngindari sistem kekebalan tubuh bakal cenderung jadi dominan.”
Gejala Nggak Biasa Si Stratus
Walaupun sebagian besar gejala COVID-19 Stratus dilaporkan ringan sampai sedang, ada satu gejala yang dianggap cukup khas. Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan, jelasin kalau Stratus punya mutasi khusus pada protein spike yang bikin dia bisa ngindari antibodi dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi.
“Salah satu gejala yang paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak,” ujarnya. Dia nambahin kalau secara umum, gejala Stratus tergolong ringan sampai sedang. Dr. Khan juga nyaranin supaya orang yang positif Stratus tetap di rumah dan isolasi, karena varian ini gampang banget nular.
Adanya gejala unik kayak suara serak ini bisa bantu kita lebih waspada dan segera tes kalau ngalamin gejala serupa. Walaupun vaksinasi diperkirakan masih efektif, kita tetap harus hati-hati, terutama buat yang rentan kayak lansia dan orang dengan penyakit bawaan.
Ke depannya, WHO bakal terus pantau perkembangan varian Stratus (XFG) dan varian COVID-19 lainnya. Informasi terbaru bakal terus di-update biar negara-negara anggota bisa ngambil keputusan yang tepat buat melindungi kesehatan masyarakat. Yang penting, kita tetap waspada, jalanin protokol kesehatan, dan vaksinasi biar risiko terinfeksi dan sakit berat bisa diminimalisir. ***