Sajikabar – Sungai Kuantan, bukan sekadar aliran air. Ia adalah panggung megah tradisi Pacu Jalur yang kini makin dikenal dunia. Bayangkan saja, sungai yang membelah Sumatera Barat dan Riau ini mendadak jadi sorotan global gara-gara video viral bocah asyik menari di tengah lintasan pacu jalur! Momen itu seolah jadi magnet, menarik perhatian pada agenda rutin Provinsi Riau yang memang selalu bikin heboh.
Tapi, Pacu Jalur itu lebih dari sekadar lomba perahu. Ia adalah cerminan utuh budaya, sejarah, dan identitas masyarakat Kuantan Singingi. Dan Sungai Kuantan, yang jadi jantungnya tradisi ini, menyimpan segudang cerita yang mungkin belum banyak orang tahu. Penasaran? Yuk, kita selami beberapa fakta menarik tentang sungai yang jadi saksi bisu gegap gempita Pacu Jalur ini.
Fakta Menarik Sungai Kuantan, Lokasi Pacu Jalur Kebanggaan Riau
Mengular di Dua Provinsi Sekaligus
Sungai Kuantan, atau yang akrab disapa Batang Kuantan oleh saudara kita di Minangkabau, punya rute yang panjang dan berkelok. Ia bermula dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, sebelum akhirnya membelah wilayah Riau. Meski begitu, arena utama Pacu Jalur yang kita kenal itu adanya di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Panjangnya mencapai sekitar 500 kilometer! Sungai ini jadi urat nadi kehidupan bagi warga di sepanjang alirannya. Bukan cuma sumber air bersih, tapi juga jalur transportasi vital jauh sebelum jalanan modern dibangun. “Sungai Kuantan itu ya identitas kami. Bukan cuma sungai, tapi warisan,” kata Datuk Rajo Indo, tokoh masyarakat Kuantan Singingi, dengan bangga.
Namanya Juga Macam-Macam!
Keunikan Sungai Kuantan bukan cuma soal panjang dan manfaatnya. Nama-nama yang melekat padanya juga beragam. Masyarakat Minangkabau menyebutnya Batang Kuantan. Kata “batang” sendiri dalam bahasa Minang memang berarti sungai. Lalu, di beberapa bagian alirannya, ia juga dikenal dengan sebutan Batang Indragiri.
Perbedaan nama ini mencerminkan betapa kayanya budaya dan dialek lokal yang berkembang di sepanjang sungai. Setiap nama punya sejarah dan cerita tersendiri, menambah nilai historis dan keunikan Sungai Kuantan. “Nama yang beda-beda itu bukti kekayaan budaya kita. Setiap nama ada maknanya sendiri,” jelas Dr. Irwan Effendi, seorang ahli sejarah lokal.
Punya Nilai Sejarah yang Dalam
Sungai Kuantan ini saksi bisu, lho! Ia punya nilai historis yang sangat penting bagi masyarakat. Dari dulu, sungai ini jadi saksi perkembangan kehidupan masyarakat, mulai dari urusan transportasi, ekonomi, sampai kebudayaan.
Dulu banget, sebelum ada jalan darat yang bagus, jalur (perahu tradisional) itu andalan banget buat transportasi dan angkut hasil bumi, kayak pisang sama tebu. Bayangin, satu jalur bisa muat 40 sampai 60 orang! Jadi, tulang punggung perekonomian masyarakat banget, kan? Sungai Kuantan ini penghubung antar wilayah, bikin perdagangan dan interaksi budaya jadi makin ramai. “Sungai ini saksi bisu sejarah panjang peradaban kami,” tegas Prof. Dr. Haryono, sejarawan dari Universitas Riau.
Tempat Lahirnya Pacu Jalur yang Mendunia
Nah, ini dia yang paling ikonik. Sungai Kuantan adalah panggung utama dari perhelatan akbar Pacu Jalur! Dulu, tradisi ini awalnya diadakan di kampung-kampung pinggir sungai buat merayakan hari besar Islam. Tapi, lama-lama, Pacu Jalur ini diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan digelar tiap tahun sekitar bulan Agustus.
Kabarnya, Festival Pacu Jalur Tradisional tahun depan bakal digelar di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, tanggal 20 sampai 24 Agustus 2025. Temanya keren: “Pacu Jalur Mendunia UMKM Semakin Jaya”! Bukan cuma lomba, tapi juga pesta rakyat yang meriah, yang bisa menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia. “Pacu Jalur itu identitas kami. Kami bangga bisa melestarikannya,” kata Bupati Kuantan Singingi, Drs. H. Mursini, M.Si., dengan semangat.
Rumah untuk Buaya Muara Juga!
Sungai Kuantan bukan cuma milik manusia. Di sini juga hidup berbagai jenis fauna, termasuk buaya muara! Warga sering lihat buaya di sungai ini. Jadi, penting banget buat pengunjung dan warga setempat untuk selalu hati-hati.
Tanggal 10 Mei 2025 kemarin, warga sempat lihat dua ekor buaya muara lagi santai berjemur di Sungai Kuantan. Sebelumnya, juga ada kejadian serangan buaya ke orang yang lagi berenang di sungai. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau sampai mengimbau masyarakat Desa Sikakak, Kecamatan Cerenti, Kabupaten Kuantan Singingi, untuk berbagi ruang sama buaya. Soalnya, Sungai Batang Kuantan ini memang salah satu habitat buaya di Riau.
Masyarakat diimbau buat hindari aktivitas di sungai pas jam-jam buaya aktif cari makan, biasanya jam 5 sore sampai jam 7 pagi. Papan informasi atau spanduk peringatan tentang keberadaan buaya juga sering dipasang di kawasan rawan buaya di tepi sungai, biar warga dan pengunjung selalu ingat. “Kami imbau masyarakat untuk selalu waspada saat beraktivitas di sungai,” pesan Kepala BKSDA Riau, Genman S. Hasibuan.
Sungai Kuantan, dengan segala keunikan dan sejarahnya, terus jadi daya tarik buat wisatawan dan peneliti. Keberadaannya yang vital bagi masyarakat, dan perannya sebagai saksi bisu tradisi Pacu Jalur, bikin sungai ini jadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya Riau. Penting banget buat kita lestarikan sungai dan ekosistemnya, biar tradisi dan kehidupan masyarakat di sekitarnya tetap terjaga. Semoga generasi mendatang bisa terus menikmati keindahan dan manfaat Sungai Kuantan, dan terus melestarikan tradisi Pacu Jalur sebagai warisan budaya bangsa. ***