Yang Lagi Ramai Dibicarakan di Dunia Internasional Hari Ini
Yang Lagi Ramai Dibicarakan di Dunia Internasional Hari Ini

Yang Lagi Ramai Dibicarakan di Dunia Internasional Hari Ini

Sajikabar – Dunia internasional tengah berputar kencang. Dari ancaman tarif baru yang dilontarkan Donald Trump, hingga Timur Tengah yang situasinya kian hari kian panas, berikut beberapa berita yang lagi ramai jadi perbincangan:

Trump Ancam Negara BRICS dengan Tarif Baru

Donald Trump lagi-lagi bikin heboh. Mantan presiden AS ini mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% ke negara-negara BRICS yang dianggap mendukung kebijakan “anti-Amerika”. Pengumuman ini disampaikan lewat akun Truth Social miliknya pada Senin (7/7/2025) dan langsung bikin geger dunia. Meski Trump belum menjelaskan apa yang dia maksud dengan “kebijakan anti-Amerika”, ancaman ini sudah cukup membuat anggota BRICS dan mitra dagang mereka was-was.

BRICS, yang dulunya cuma beranggotakan Brasil, Rusia, India, dan China, sekarang sudah berkembang jadi organisasi dengan 11 anggota. Ada Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan bahkan Indonesia! Dengan anggota sebanyak ini, BRICS jadi kekuatan ekonomi yang makin diperhitungkan di panggung global.

Respon China Soal Ancaman Trump

Menanggapi ancaman Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menegaskan bahwa China sudah berulang kali menyatakan bahwa perang dagang dan tarif itu nggak ada untungnya. Menurutnya, proteksionisme bukan solusi. “BRICS tidak mencari konfrontasi dengan pihak manapun,” ujarnya kepada wartawan hari Senin kemarin, menekankan pentingnya kerja sama dan multilateralisme untuk mengatasi masalah global.

Timur Tengah Makin Memanas

Situasi di Timur Tengah nggak ada tanda-tanda mereda. Konflik antara berbagai pihak malah makin menjadi-jadi. Saling serang dan desakan agar ada intervensi internasional terus mewarnai suasana politik di sana.

Houthi Balas Serang Israel

Beberapa jam setelah militer Israel melancarkan serangan udara ke markas kelompok Houthi di Yaman, dua rudal ditembakkan ke arah Israel dari Yaman pada Senin kemarin. Militer Israel membenarkan peluncuran rudal itu lewat Telegram dan mengatakan bahwa mereka sudah berusaha mencegatnya. “Setelah sirene berbunyi beberapa saat lalu di beberapa daerah di Israel, dua rudal diluncurkan dari Yaman. Upaya telah dilakukan untuk mencegat rudal dan hasil intersepsi sedang ditinjau,” kata pernyataan resmi militer Israel. Serangan balasan ini jelas memperburuk ketegangan di kawasan tersebut.

Palestina Minta PBB Bertindak Soal Penyerbuan Al-Aqsa

Sementara itu, Otoritas Palestina mengecam keras aksi penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Israel yang semakin sering terjadi. Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan bahwa penyerbuan ini bisa berdampak serius pada status quo historis dan legal di sana. Mereka mendesak PBB untuk segera turun tangan menghentikan penyerbuan tersebut. “Yerusalem Timur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Palestina yang diduduki dan merupakan ibu kota Negara Palestina,” tegas Kementerian Luar Negeri Palestina dalam pernyataannya hari Senin.

Soal Bantuan di Gaza Jadi Kontroversi

Di tengah konflik yang berkecamuk, masalah penyaluran bantuan kemanusiaan di Gaza jadi makin rumit. Ada tuduhan penjarahan dan bahkan koordinasi dengan pihak Israel.

Kelompok Bersenjata Ngaku Koordinasi dengan Israel

Sebuah kelompok bersenjata Palestina yang berseberangan dengan Hamas, yang dikenal sebagai Popular Forces, mengakui bahwa mereka memang berkoordinasi dengan militer Israel. Pemimpin kelompok tersebut, Yasser Abu Shabab, mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan radio publik Israel berbahasa Arab, Makan. Abu Shabab mengklaim bahwa kelompoknya bisa bergerak bebas di zona-zona yang dikuasai militer Israel di Jalur Gaza dan selalu memberitahu operasi mereka sebelum dilaksanakan. Pengakuan ini tentu saja menimbulkan kontroversi dan pertanyaan besar soal penyaluran bantuan kemanusiaan di Gaza.

Apa Dampaknya Buat Indonesia?

Ancaman tarif tambahan dari Donald Trump ke negara-negara BRICS memunculkan pertanyaan: Apa dampaknya buat Indonesia? Walaupun Trump nggak menyebut nama Indonesia secara langsung, keanggotaan Indonesia di BRICS membuat kita berpotensi terkena imbas kebijakan tersebut.

Para analis ekonomi memperkirakan bahwa kalau tarif tambahan itu benar-benar diberlakukan, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat bisa menurun, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita. “Ini adalah langkah yang perlu diwaspadai. Diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci untuk mengurangi potensi dampak negatif dari kebijakan ini,” kata Dr. Ani Suroyo, ekonom dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Pemerintah Indonesia sendiri belum memberikan pernyataan resmi soal ancaman tarif ini. Tapi, Kementerian Perdagangan diharapkan segera mengeluarkan kajian mendalam untuk mengantisipasi berbagai skenario yang mungkin terjadi. Selain itu, diplomasi ekonomi juga akan sangat penting untuk menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara anggota BRICS lainnya. ***

Tentang Rafi Hakim

Halo! Saya seorang jurnalis yang passionate dengan dunia berita dan investigasi. Sudah bertahun-tahun saya menekuni profesi ini dan selalu excited untuk menghadirkan informasi terbaru yang akurat untuk kalian semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru