Akhirnya! Penampakan Kabel Semrawut Jabodetabek yang Bikin Lega
Akhirnya! Penampakan Kabel Semrawut Jabodetabek yang Bikin Lega

Akhirnya! Penampakan Kabel Semrawut Jabodetabek yang Bikin Lega

Sajikabar – Kabar baik nih buat warga Jabodetabek! Masalah kabel semrawut yang bikin mata sakit akhirnya ada titik terangnya. Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) baru aja ngumumin perkembangan positif soal penataan kabel. Wah, bisa jadi angin segar buat tampilan kota dan kenyamanan kita semua, nih. Bayangin aja, ratusan kilometer kabel fiber optik yang dulunya kayak rambut singa, sekarang udah ditata rapi. Bahkan, sebagian besar udah “pindah rumah” ke bawah tanah! Keren, kan?

Relokasi Kabel Fiber Optik di Jabodetabek dan Sumatera Utara

Progres Signifikan: Ratusan Kilometer Kabel Tertata

Penataan kabel yang bikin semrawut ini sebenernya udah lama jadi keluhan warga, dan pemerintah daerah juga pengen banget ningkatin kualitas hidup di perkotaan. Nah, data terbaru dari Apjatel nunjukkin hasil yang bikin senyum. “Kami udah berhasil relokasi kabel fiber optik sepanjang kurang lebih 344 kilometer di 248 ruas jalan di wilayah Jabodetabek,” kata Jerry Siregar, Ketua Apjatel, waktu diskusi online dengan tema “Penataan Kesehatan Industri dan Konektivitas Telekomunikasi,” hari Kamis, 3 Juli 2025.

Selain di Jabodetabek, penataan juga nyasar ke Sumatera Utara, lho. Di sana, Apjatel nyatet udah relokasi jaringan fiber optik sepanjang 13 kilometer di 15 ruas jalan. Ini nunjukkin komitmen para penyelenggara jaringan telekomunikasi buat bikin lingkungan perkotaan yang lebih nyaman dan tertata. Penataan kabel ini bukan cuma soal enak dipandang, tapi juga soal keselamatan kita semua. Biar gak ada lagi kejadian kabel putus atau bikin celaka.

Investasi Mandiri Tanpa APBN

Yang patut diacungi jempol, proyek relokasi ini gak nyentuh duit APBN sepeser pun! Semua biayanya dari kantong sendiri alias investasi mandiri para anggota Apjatel. Ini bukti keseriusan dan tanggung jawab industri telekomunikasi dalam dukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

Jerry Siregar jelasin, upaya ini sejalan sama aturan yang berlaku. “Kalau ngikutin Undang-Undang Cipta Kerja, PP 46 Tahun 2021 Pasal 21 Ayat 1 dan 2, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kota boleh bangun infrastruktur pasif dan pakai APBN dan APBD. Tapi, kan, akhirnya butuh aturan teknis,” jelasnya. Meski begitu, Apjatel milih buat maksimalkan sumber daya internal. Salut!

Koordinasi dan Solusi Jangka Panjang

Perlunya Sinergi dengan Pemerintah Daerah

Walau udah lumayan banyak kemajuan, Jerry Siregar ngakuin kalau penataan kabel semrawut di perkotaan masih jauh dari kata selesai. Salah satu tantangan terbesarnya adalah birokrasi yang ribet dan beda-beda kebijakan antar pemerintah daerah. Makanya, Apjatel ngebenerin pentingnya koordinasi yang lebih intensif sama banyak pihak, terutama Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah setempat.

“Kita perlu nyatuin seluruh stakeholder, apalagi relokasi fiber optik buat ngasih langkah nyata,” tegasnya. Sinergi antara penyelenggara jaringan telekomunikasi, pemerintah daerah, dan masyarakat itu kunci keberhasilan jangka panjang. Koordinasi yang oke bakal percepat proses perizinan, minimalisir hambatan di lapangan, dan pastiin penataan kabel dilakuin secara terpadu dan berkelanjutan.

Konsep Tiang Bersama Sebagai Alternatif

Buat solusi jangka panjang, Apjatel juga punya ide keren: “tiang bersama”. Jadi, gak cuma relokasi kabel ke bawah tanah, tapi beberapa operator telekomunikasi bisa pakai satu tiang yang sama. Alhasil, jumlah tiang yang dibutuhkan berkurang, dan pemandangan kota jadi lebih enak dilihat.

“Jadi, ini kita udah rapat umum sama anggota, dan mungkin 2-3 bulan lagi bakal dirilis secara nasional. Kami mohon dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika biar bisa agreement bareng kementerian lembaga terkait, termasuk mungkin asosiasi pemerintah kota seluruh Indonesia, bupati, dan gubernur Indonesia,” pungkasnya. Semoga ide ini bisa jadi solusi inovatif dan efisien buat ngatasi masalah kabel semrawut di perkotaan.

Konsep tiang bersama ini butuh dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah, plus kesepakatan dari semua operator telekomunikasi. Implementasinya juga butuh kajian mendalam soal teknis, regulasi, dan komersial. Kalau berhasil, tiang bersama bisa jadi contoh pengelolaan infrastruktur telekomunikasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Pemerintah, lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika, nyambut baik inisiatif Apjatel buat nata kabel semrawut di Jabodetabek dan Sumatera Utara. Katanya, kementerian bakal terus fasilitasi koordinasi antara Apjatel dan pemerintah daerah, serta dukung implementasi konsep tiang bersama.

“Penataan kabel itu penting banget buat ningkatin kualitas infrastruktur telekomunikasi dan bikin lingkungan perkotaan yang lebih baik,” kata seorang pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika. “Kami bakal terus dorong inovasi dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta buat capai tujuan ini.”

Dengan komitmen dari semua pihak, semoga masalah kabel semrawut di Indonesia bisa cepet kelar. Pemandangan kota yang lebih rapi, konektivitas yang lebih oke, dan lingkungan yang lebih aman, itu impian yang sekarang makin deket jadi kenyataan. ***

Tentang Diah Kusuma

Hi readers! Saya Diah, jurnalis yang selalu curious dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Menulis berita dan melakukan investigasi adalah passion saya. Mari kita jelajahi dunia informasi bersama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru