Sajikabar – Umie Aida, seorang turis asal Malaysia, dibuat kaget bukan main saat mendarat di Bandara Auckland, Selandia Baru. Gara-gara sebutir apel yang tak sengaja terbawa di tasnya, ia harus merogoh kocek sebesar 380 dolar Selandia Baru, atau sekitar Rp 3,8 juta! Kejadian ini jadi pelajaran penting buat kita semua yang gemar traveling, bahwa memahami aturan biosekuriti negara tujuan itu wajib hukumnya.
Kok Bisa Kena Denda Gara-Gara Apel?
Cerita Bermula…
Jadi, ceritanya begini. Umie saat itu mau terbang dari Malaysia ke Selandia Baru. Sebelum naik pesawat, dia beli apel buat cemilan. Sempat makan sedikit di lounge, sisanya ia bawa ke pesawat. Eh, kecapekan, Umie malah ketiduran pulas dan lupa sama apel yang masih ada di dalam tasnya.
Kata Umie…
“Saya benar-benar gak sengaja. Selama ini saya selalu hati-hati banget, usahain gak bawa makanan apapun ke Selandia Baru biar urusan imigrasi lancar,” ujarnya, dikutip dari berbagai sumber. Katanya, apel itu dibeli spontan dan dia sama sekali gak kepikiran buat mendeklarasikannya pas tiba di Selandia Baru.
Saat Pemeriksaan…
Begitu sampai di Bandara Auckland, tas Umie kena pemeriksaan rutin. Petugas biosekuriti langsung menemukan apel “ilegal” itu. Tanpa ampun, Umie langsung didenda 380 dolar Selandia Baru. Dia mengaku kaget, tapi sadar bahwa ini kesalahannya sendiri.
Kenapa Aturan Biosekuriti di Selandia Baru Sangat Ketat?
Tujuannya Mulia…
Selandia Baru memang dikenal punya aturan biosekuriti super ketat. Alasannya sederhana: mereka ingin melindungi ekosistem unik dan sektor pertanian mereka dari ancaman hama dan penyakit asing. Aturan ini dibuat untuk mencegah masuknya organisme berbahaya yang bisa merusak tanaman, hewan, dan lingkungan secara keseluruhan, yang ujung-ujungnya bisa mengganggu perekonomian negara.
Barang-Barang yang Haram Dibawa…
Ada banyak barang yang dilarang atau dibatasi masuk ke Selandia Baru, terutama yang berpotensi membawa bibit penyakit. Beberapa di antaranya:
* Makanan segar: Buah-buahan, sayuran, daging, dan produk susu seringkali dilarang atau butuh izin khusus.
* Tanah dan tanaman: Biji-bijian, bibit tanaman, dan tanah bisa jadi sarang hama dan penyakit berbahaya.
* Produk hewani: Kulit hewan, bulu, dan produk hewani lainnya juga berpotensi menularkan penyakit.
* Peralatan outdoor: Sepatu hiking, tenda, dan peralatan lain yang dipakai di alam bebas harus benar-benar bersih untuk menghindari penyebaran tanah dan biji-bijian asing.
Ingat, daftar ini bisa berubah sewaktu-waktu. Jadi, sebelum berangkat, selalu cek situs web resmi Kementerian Industri Primer Selandia Baru (Ministry for Primary Industries) ya!
Konsekuensi Melanggar Aturan
Jangan main-main dengan aturan biosekuriti Selandia Baru! Wisatawan yang kedapatan membawa barang terlarang tanpa deklarasi yang benar bisa kena denda, barangnya disita, atau bahkan dituntut pidana. Besaran dendanya bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan tingkat keparahannya. Dalam kasus Umie Aida, dia langsung didenda karena membawa apel tanpa melapor.
Kisah Umie ini jadi pengingat buat kita semua untuk selalu waspada dan memahami aturan biosekuriti negara yang akan kita kunjungi. Sebelum berangkat, cari tahu barang apa saja yang dilarang atau dibatasi, dan jangan lupa deklarasikan barang-barang yang berpotensi bermasalah. Dengan begitu, kita bisa menghindari masalah hukum dan ikut menjaga kelestarian lingkungan negara yang kita kunjungi. Oh iya, jangan lupa periksa lagi tas bawaan sebelum turun dari pesawat, biar gak ada barang terlarang yang kebawa tanpa sengaja. Lumayan kan, bisa hemat jutaan rupiah!
Pemerintah Selandia Baru juga rajin banget lho, bikin kampanye sosialisasi tentang aturan biosekuriti buat para wisatawan. Tujuannya, biar kita semua makin sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan Selandia Baru. Kalau semua pihak kerja sama, aturan biosekuriti bisa ditegakkan dengan efektif dan Selandia Baru bisa terus terlindungi dari ancaman hama dan penyakit asing.
Di era globalisasi ini, aturan biosekuriti makin penting. Soalnya, mobilitas manusia dan barang makin tinggi, jadi potensi penyebaran hama dan penyakit antar negara juga makin meningkat. Setiap negara perlu punya aturan biosekuriti yang ketat dan efektif untuk melindungi ekosistem dan ekonominya. Selandia Baru adalah salah satu contoh negara yang sukses menerapkan aturan biosekuriti yang ketat dan mendapatkan manfaat positif dari upaya tersebut. ***