Cognac Eropa Kena Pajak Tinggi di China, Kok Bisa?
Cognac Eropa Kena Pajak Tinggi di China, Kok Bisa?

Cognac Eropa Kena Pajak Tinggi di China, Kok Bisa?

Sajikabar – Cognac, si minuman mewah yang lekat dengan tradisi Prancis, kini menghadapi tantangan berat di pasar China. Pemerintah Tiongkok baru saja mengenakan bea masuk anti-dumping yang cukup besar, bikin para produsen cognac Eropa was-was. Kebijakan ini, yang rencananya mulai berlaku 5 Juli 2025, bisa jadi mengubah peta persaingan di pasar minuman keras premium yang menggiurkan di Negeri Tirai Bambu.

Kenapa Tiongkok Tiba-Tiba Mengenakan Bea Masuk?

Keputusan Tiongkok mengenakan bea masuk anti-dumping ini bukan tanpa sebab. Ini adalah puncak dari ketegangan dagang yang makin memanas antara Beijing dan Brussels. Semua bermula ketika Uni Eropa mengumumkan penyelidikan terhadap impor mobil listrik buatan Tiongkok. Banyak yang menilai, langkah Tiongkok ini sebagai balasan, menunjukkan bahwa mereka siap membela kepentingan ekonominya di tengah perselisihan yang semakin sengit. Tapi, pemerintah Tiongkok berdalih bahwa penyelidikan dan penerapan bea masuk ini dilakukan karena ada bukti praktik dumping yang merugikan industri minuman keras lokal.

Uni Eropa Meradang, Penyelidikan Anti-Dumping Jadi Sorotan

Kementerian Perdagangan Tiongkok memulai penyelidikan anti-dumping terhadap brandy impor dari Uni Eropa sejak Januari 2024. Penyelidikan yang berlangsung berbulan-bulan ini mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk produsen dan importir lokal, untuk membuktikan apakah brandy Eropa dijual di Tiongkok dengan harga di bawah biaya produksi. Setelah meninjau bukti-bukti, kementerian tersebut menyimpulkan bahwa praktik dumping memang terjadi dan tindakan korektif diperlukan untuk melindungi industri lokal.

Uni Eropa sendiri merasa geram dengan penyelidikan ini, menyebutnya “tidak adil dan tidak dapat dibenarkan.” Brussels berpendapat bahwa penyelidikan itu bermotif politik dan merupakan upaya untuk menekan Uni Eropa dalam negosiasi perdagangan yang lebih luas.

Bagaimana Nasib Produsen Cognac Eropa?

Bea masuk anti-dumping sebesar 34,9% jelas jadi pukulan telak bagi produsen cognac Eropa, terutama yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok. Kebijakan ini meningkatkan biaya ekspor secara signifikan, membuat produk mereka jadi kurang kompetitif dibandingkan merek lokal dan minuman keras impor lainnya.

Dua Raksasa Cognac, Hennessy dan Remy Martin, Jadi Korban

Merek-merek besar seperti Hennessy dan Remy Martin, yang berada di bawah naungan LVMH dan Remy Cointreau, adalah beberapa yang paling terkena dampak kebijakan ini. Kedua merek ini punya pangsa pasar yang besar di Tiongkok dan sudah berinvestasi banyak untuk membangun merek mereka di sana. Bea masuk yang tinggi memaksa mereka menaikkan harga, yang berpotensi mengurangi permintaan dan menggerus pangsa pasar.

Meski begitu, ada sedikit harapan. Produsen bisa mengajukan pengecualian dari bea masuk jika mereka setuju menjual dengan harga minimum yang ditetapkan pemerintah Tiongkok. Tapi, harga minimum ini belum diumumkan, menciptakan ketidakpastian bagi produsen yang mencoba menghitung dampak penuh dari kebijakan tersebut.

Remy Cointreau dan Pernod Ricard Juga Menanggung Beban

Selain Remy Martin, Remy Cointreau juga menghadapi tantangan serupa. Perusahaan menyambut baik potensi pengembalian deposit yang sebelumnya diminta sejak bea sementara diberlakukan pada Oktober 2024. Deposit ini dianggap memberatkan, terutama bagi produsen kecil, dan pengembaliannya menjadi isu penting dalam negosiasi.

Sementara itu, Pernod Ricard, pemilik merek-merek terkenal seperti Martell, juga menyatakan kekecewaannya atas kenaikan biaya operasi di Tiongkok. Tapi, perusahaan mengakui bahwa biaya tersebut jauh lebih rendah dibandingkan jika tarif bea masuk produknya berlaku permanen. Ini mengindikasikan bahwa Pernod Ricard mungkin bersedia menyerap sebagian biaya tambahan untuk mempertahankan kehadirannya di pasar Tiongkok.

Apakah Ketegangan Dagang Ini Bisa Mereda?

Meskipun bea masuk anti-dumping jadi sumber ketegangan, ada beberapa tanda bahwa kedua belah pihak mungkin bersedia mencari solusi damai. Kesediaan Tiongkok mengembalikan deposit yang sebelumnya diminta dari produsen brandy dianggap sebagai langkah positif dan sinyal potensi pelunakan sikap. Selain itu, kesepakatan untuk memungkinkan produsen mengajukan pengecualian bea masuk menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok bersedia mempertimbangkan fleksibilitas dalam implementasi kebijakan tersebut.

Kunjungan Menteri Luar Negeri China ke Eropa Membawa Harapan

Kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Eropa baru-baru ini menambah harapan meredanya ketegangan. Kunjungan tersebut, yang mencakup pertemuan dengan para pemimpin Uni Eropa, bertujuan mempersiapkan KTT antara Uni Eropa dan Tiongkok. Isu-isu seperti kendaraan listrik dan ekspor logam diharapkan jadi agenda utama dalam diskusi tersebut. Pertemuan antara Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Prancis juga dijadwalkan, menggarisbawahi pentingnya hubungan bilateral antara kedua negara dalam konteks perselisihan perdagangan yang lebih luas.

Situasi ini masih berkembang, dan hasil akhir dari perselisihan perdagangan antara Tiongkok dan Uni Eropa masih belum pasti. Namun, dengan dialog yang berkelanjutan dan kesediaan untuk berkompromi, ada harapan bahwa kedua belah pihak dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan. Pasar cognac di Tiongkok tetap menjadi pasar yang sangat penting bagi produsen Eropa, dan mereka bertekad mempertahankan kehadiran mereka di sana, meskipun menghadapi tantangan yang signifikan. Masa depan hubungan dagang antara Tiongkok dan Uni Eropa bergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk mengatasi perbedaan mereka dan menemukan jalan ke depan yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bersama. ***

Tentang Hendri Alfian

Salam kenal! Saya sudah bertahun-tahun berkecimpung di dunia keuangan. Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin membantu teman-teman semua untuk lebih melek finansial dan bijak berinvestasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru