Horornya Merasuk Jiwa, Film-Film Trauma Tanpa Teriakan
Horornya Merasuk Jiwa, Film-Film Trauma Tanpa Teriakan

Horornya Merasuk Jiwa, Film-Film Trauma Tanpa Teriakan

Sajikabar – Horor bukan melulu soal hantu gentayangan dan adegan jumpscare yang bikin jantung copot. Justru, seringkali yang paling bikin merinding adalah kengerian yang merayap perlahan, membangun atmosfer mencekam yang terus menghantui pikiran kita jauh setelah lampu bioskop menyala. Film-film semacam ini menawarkan pengalaman trauma yang lebih dalam, tanpa perlu trik murahan, tapi lewat penggalian psikologis yang intens dan atmosfer yang membekas di benak.

Film-Film Trauma Tanpa Teriakan

Genre horor ternyata terus berkembang, menawarkan lebih dari sekadar sensasi sesaat. Film-film berikut ini adalah contohnya. Mereka mengandalkan suspense, simbolisme, dan eksplorasi karakter untuk menciptakan kengerian yang lebih mendalam dan tahan lama. Siap?

We Are Still Here (2015)

Bayangkan, setelah kehilangan anak, kamu dan pasanganmu memutuskan pindah ke rumah terpencil di desa, berharap bisa memulai hidup baru. Itulah yang dilakukan Paul dan Anne Sacchetti. Tapi, rumah baru mereka ternyata punya masa lalu kelam. Dulu, di sana sering diadakan ritual pengorbanan, dan arwah-arwah penasaran menuntut tumbal. Disutradarai oleh Ted Geoghegan, film ini awalnya terasa seperti kisah rumah hantu klasik, tapi kemudian berubah jadi kekacauan berdarah di bagian akhir. “Elemen slow burn di awal film memberikan fondasi yang kuat untuk kengerian yang meledak di akhir,” kata kritikus film Sarah Jones. Adegan terakhir, dengan penduduk desa membawa obor dan arwah-arwah haus darah, beneran bikin kaget setelah dibangun dengan ketegangan yang pelan-pelan.

Split (2016)

M. Night Shyamalan memang jago bikin film yang bikin mikir. Split bercerita tentang Kevin Wendell Crumb, pria dengan 23 kepribadian berbeda, yang menculik tiga remaja putri. Film ini menggali dalam-dalam psikologis Kevin, membuat kita bertanya-tanya, apakah dia cuma menderita gangguan mental, atau ada kekuatan supernatural yang bermain? Klimaksnya muncul saat “The Beast,” kepribadian ke-24 Kevin, terungkap. Dia punya kekuatan super dan keganasan yang luar biasa. Bayangin, sosok mengerikan yang bisa manjat tembok dan kulitnya kebal peluru! Shyamalan berhasil menggabungkan elemen psikologis dan supernatural untuk menciptakan pengalaman menonton yang unik dan menakutkan,” komentar David Chen, seorang pengamat film.

Pearl (2022)

Pearl, prekuel dari film X, membawa kita ke masa muda Pearl yang bermimpi jadi bintang film, tapi terkurung di pertanian terpencil dan di bawah tekanan ibunya yang otoriter. Ketidakmampuan Pearl untuk meraih mimpinya dan tekanan dari lingkungannya perlahan menggerogoti kewarasannya. Disutradarai oleh Ti West, film ini menampilkan kengerian yang tumbuh seiring kegilaan Pearl. Adegan saat Pearl menyambut suaminya kembali dari perang dengan senyum aneh di tengah mayat keluarganya, jadi momen ikonik yang menghantui. Mia Goth benar-benar memukau memerankan karakter yang kompleks dan bermasalah ini. “Film ini mengeksplorasi ambisi dan isolasi dengan cara yang menakutkan dan tak terlupakan,” tulis kritikus budaya Emily Carter.

Longlegs (2024)

Siap-siap tegang! Longlegs, film horor psikologis yang disutradarai oleh Osgood Perkins, bercerita tentang Agen FBI Lee Harker yang menyelidiki kasus pembunuh berantai yang meneror keluarga-keluarga tanpa jejak. Makin dalam Lee menyelidiki, makin aneh dan mengerikan petunjuk yang ia temukan. Elemen supernatural mulai muncul, menambah lapisan kengerian yang lebih dalam. Boneka jahat yang muncul di rumah agen lain, dan keluarganya yang kesurupan, menciptakan suasana yang sangat mengganggu. Longlegs menjanjikan pengalaman menonton yang bakal bikin kamu tegang dan bertanya-tanya sampai akhir.

The Babadook (2014)

The Babadook bukan sekadar film horor tentang monster. Film ini bercerita tentang Amelia, ibu tunggal yang berjuang membesarkan putranya yang bermasalah, Samuel, sambil mengatasi kesedihan atas kematian suaminya. Kehadiran buku anak-anak misterius berjudul “Mister Babadook” membawa teror ke dalam hidup mereka. Jennifer Kent, sang sutradara, menyajikan film ini sebagai metafora tentang depresi dan trauma. Monster Babadook melambangkan emosi negatif yang menghantui Amelia. Akhir film yang ambigu, di mana Babadook tidak bisa dihancurkan tapi dikurung di ruang bawah tanah, mencerminkan bagaimana trauma dan depresi akan selalu ada, dan perlu dikelola secara terus-menerus. “Film ini menggali psikologi karakter dengan cara yang menakutkan dan menyentuh,” kata psikiater Dr. Alan Green.

The Invitation (2015)

Kebetulan mantan ngundang makan malam? Mungkin kamu akan berpikir dua kali setelah nonton The Invitation. Will menerima undangan makan malam dari mantan istrinya, Eden, dua tahun setelah perpisahan mereka yang traumatis. Acara tersebut diadakan di rumah mereka yang dulu, yang kini ditempati oleh Eden dan suami barunya, David. Seiring berjalannya malam, Will mulai curiga ada sesuatu yang aneh dengan Eden dan teman-teman barunya. Karyn Kusama, sang sutradara, membangun suspense secara bertahap, menciptakan ketegangan psikologis yang kuat. Film ini mengeksplorasi tema kesedihan, pengampunan, dan bahaya sekte. Adegan dengan lampu merah yang dinyalakan menandai perubahan dramatis dalam suasana, mengubah makan malam yang awalnya canggung menjadi mimpi buruk yang mematikan.

Hereditary (2018)

Siap-siap begadang setelah nonton Hereditary! Film yang disutradarai oleh Ari Aster ini dianggap sebagai salah satu film horor paling mengganggu dan tak terlupakan dalam beberapa tahun terakhir. Setelah kematian ibunya, Annie Graham dan keluarganya mulai mengalami serangkaian kejadian aneh dan mengerikan. Film ini menggali tema kesedihan, trauma keluarga, dan kekuatan gaib. Hereditary terkenal karena adegan-adegannya yang sangat disturbing, seperti kecelakaan tragis yang menimpa Charlie, putri Annie. Film ini berhasil menciptakan atmosfer yang menekan dan meresahkan, yang bertahan lama setelah film selesai. “Film ini adalah studi mendalam tentang trauma dan konsekuensi mengerikan dari rahasia keluarga,” ujar mendiang kritikus film terkenal, Roger Ebert.

Film-film ini, dengan pendekatan horor yang lebih halus dan fokus pada psikologi karakter, membuktikan bahwa kengerian sejati bisa ditemukan dalam momen-momen tenang yang membekas, bukan hanya dalam kejutan sesaat. Kengerian yang merasuk dan bertahan lama inilah yang membuat film-film ini istimewa dan tak terlupakan. ***

Tentang Arman Oktavianto

Halo guys! Saya seorang pop culture addict yang selalu keep up dengan tren entertainment terbaru. Yuk, ikuti pembahasan seru tentang dunia hiburan dari saya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru