Sajikabar – IHSG kembali ke zona merah jelang akhir pekan. Sempat mencoba bangkit di pembukaan, laju indeks harus mengakui tekanan jual dan akhirnya parkir di teritori negatif. Aksi jual pilih-pilih dari investor terasa menekan indeks, apalagi sentimen pasar memang lagi campur aduk. Penurunan ini jadi perhatian, mengingat IHSG memang lumayan “liar” beberapa hari terakhir.
Bagaimana IHSG Bergerak Hari Ini?
Data dari RTI Business menunjukkan, IHSG menutup perdagangan di level 6.865, turun tipis 0,19% atau setara 12,859 poin pada penutupan Jumat (4/7). Sepanjang hari, indeks bergerak cukup fluktuatif, sempat menyentuh level tertinggi di 6.916 dan terendah di 6.843. Sektor konsumer dan properti jadi pemberat utama, paling banyak terkena tekanan jual.
“Pasar masih dihantui kekhawatiran soal inflasi global dan potensi kenaikan suku bunga lagi dari bank sentral,” kata Budi Santoso, seorang analis pasar modal di Jakarta. “Investor kayaknya lebih milih wait and see sambil ngamatin perkembangan ekonomi, baik di sini maupun global.”
Intip Data Perdagangannya
Volatilitas hari ini tercermin dari volume transaksi yang lumayan tinggi, mencapai 17,39 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp 8,29 triliun. Frekuensi perdagangan juga ramai, tercatat 858.815 kali. Angka-angka ini nunjukkin aktivitas perdagangan sebenarnya cukup tinggi, meski sentimennya lagi kurang enak yang bikin indeks turun.
Detailnya, ada 260 saham yang harganya naik, tapi lebih banyak yang turun, yaitu 323 saham. Sisanya, 207 saham, harganya jalan di tempat. Ini nunjukkin tekanan jual lebih kuat daripada aksi beli, yang akhirnya bikin IHSG kejeblos ke zona merah.
Di hari sebelumnya, Kamis (3/7/2025), IHSG mencatatkan net foreign sell sebesar Rp 31,55 miliar. Memang nggak terlalu besar, tapi tetap nambah tekanan jual secara keseluruhan. Investor asing kayaknya lagi hati-hati banget, mikir-mikir mau ambil posisi karena ekonomi global masih nggak jelas.
“Kami ngelihat ada aksi profit taking dari investor asing setelah IHSG sempat naik beberapa hari sebelumnya,” ujar analis lainnya, Retno Wulandari. “Selain itu, sentimen negatif dari pasar global juga ikutan mempengaruhi keputusan investasi mereka.”
Seminggu dan Sebulan Terakhir, Gimana Kinerja IHSG?
Dalam seminggu terakhir, IHSG tercatat melemah 0,47%. Penurunan ini nunjukkin ada tren negatif jangka pendek yang perlu diwaspadai. Pasar yang naik turun nggak karuan gini emang jadi tantangan buat investor biar bisa ambil keputusan yang tepat.
Kalau dilihat lebih panjang, sebulan terakhir, penurunan IHSG malah lebih dalam, mencapai 2,55%. Data ini nunjukkin tekanan jual udah berlangsung lumayan lama, karena banyak faktor, termasuk sentimen dari luar dan dalam negeri.
Secara year to date (YTD), IHSG juga masih minus, turun sebesar 3,03%. Artinya, kinerja pasar saham Indonesia belum maksimal dari awal tahun, karena banyak masalah yang bikin investor nggak tenang.
Tapi, ada juga analis yang masih optimis IHSG bisa rebound dalam jangka panjang. “Fundamental ekonomi Indonesia masih lumayan kuat, pertumbuhannya stabil dan inflasinya terkendali,” kata Faisal Rahman, seorang ekonom senior. “Investor perlu jeli ngelihat peluang investasi yang ada, terutama di sektor-sektor yang prospektif.”
Walaupun begitu, investor tetap disaranin buat hati-hati dan sebarin investasinya ke berbagai aset biar risikonya nggak terlalu besar. Analisis teknikal dan fundamental juga perlu dilakuin dengan teliti sebelum investasi. Perkembangan ekonomi global dan domestik, serta kebijakan pemerintah dan bank sentral, juga perlu terus dipantau biar bisa antisipasi perubahan sentimen pasar.
Ke depannya, pergerakan IHSG kayaknya bakal dipengaruhi banyak faktor, termasuk data ekonomi terbaru, kebijakan moneter, dan sentimen global. Investor diharapkan tetap waspada dan ambil keputusan investasi yang bijak, sesuai profil risiko masing-masing. Stabilitas politik dan keamanan juga penting banget buat bikin investor percaya sama pasar saham Indonesia. ***