Sajikabar – Jepang kembali dibuat was-was. Rangkaian gempa bumi mengguncang Kepulauan Tokara dalam beberapa waktu terakhir. Bukan cuma satu dua, tapi sampai seribu gempa lebih! Tentu saja, ini memunculkan pertanyaan besar: ada apa sebenarnya di balik fenomena alam yang bikin ngeri ini?
Gempa di Kepulauan Tokara: Apa yang Terjadi?
Dua pekan terakhir, Kepulauan Tokara, gugusan pulau kecil di selatan Kyushu, terus digoyang gempa. Warga setempat jelas cemas dengan intensitas dan frekuensi gempa yang terjadi. Badan Meteorologi Jepang mencatat, lebih dari seribu gempa sudah mengguncang wilayah ini sejak 21 Juni 2025. Puncaknya, pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 16.13 waktu setempat, sebuah gempa berkekuatan lower-6 pada skala intensitas gempa Jepang mengguncang.
Pusat gempa dilaporkan berada di lepas pantai Kepulauan Tokara, sekitar 20 kilometer di bawah laut. Untungnya, gempa ini tak memicu tsunami. Meski begitu, pemerintah setempat tetap mengimbau warga untuk waspada, terutama dengan potensi gempa susulan yang lebih kuat, bahkan bisa mencapai magnitudo 6. Risiko tanah longsor akibat hujan yang terus mengguyur juga jadi perhatian.
Kenapa Jepang Langganan Gempa?
Pertanyaan yang sering muncul: kenapa sih Jepang sering banget kena gempa? Setidaknya ada dua alasan utama:
“Cincin Api” Pasifik
Jepang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, zona seismik super aktif yang mengelilingi Samudra Pasifik. Di sinilah banyak lempeng tektonik bertemu, saling berinteraksi dan memberikan tekanan luar biasa pada kerak bumi. Pergeseran dan tumbukan antar lempeng inilah yang memicu gempa.
Aktivitas Seismik Tinggi
Selain lokasinya yang apes di Cincin Api, Jepang juga punya tingkat aktivitas seismik yang tinggi. Rata-rata, ada sekitar 1.500 gempa bumi terjadi di Jepang setiap tahunnya. Memang, sebagian besar gempa ini kecil dan tidak menimbulkan kerusakan berarti. Tapi, aktivitas seismik yang konstan ini jadi bukti bahwa Jepang memang negara yang rawan gempa.
Cerita dari Warga yang Terdampak
Gempa bumi di Kepulauan Tokara ini bukan sekadar angka-angka. Dampaknya sangat dirasakan oleh penduduk setempat. Banyak warga yang mengaku hidup dalam ketakutan dan kelelahan karena guncangan yang terus-menerus.
“Anda bisa mendengar suara gemuruh aneh dari laut sebelum gempa terjadi, terutama di malam hari. Mengerikan,” cerita Chizuko Arikawa (54), seorang peternak sapi dari Pulau Akusekijima, kepada The Asahi Shimbun.
Isamu Sakamoto (60), ketua asosiasi penduduk lokal di Akusekijima, menambahkan, “Gempa bumi dimulai dengan guncangan dari bawah, lalu rumah bergoyang. Sungguh memuakkan.”
Kisah-kisah ini menggambarkan jelas ketakutan dan kekhawatiran warga Kepulauan Tokara. Kurang tidur dan ketidakpastian akan gempa susulan membuat hidup sehari-hari jadi sulit. Pemerintah setempat bahkan meminta media untuk tidak terlalu sering mewawancarai warga agar mereka bisa beristirahat dan memulihkan diri.
Waspada “Mega Quake”
Selain gempa-gempa kecil yang sering terjadi, Jepang juga harus waspada terhadap ancaman gempa besar atau “mega quake”. Para ahli sudah memperingatkan tentang potensi gempa dahsyat yang bisa memicu tsunami besar dan menyebabkan kerusakan yang luas.
Kita tentu ingat gempa bumi dan tsunami besar yang melanda Jepang pada tahun 2011, yang menewaskan lebih dari 18.000 orang. Tragedi ini jadi pengingat betapa rentannya Jepang terhadap bencana alam, dan betapa pentingnya kesiapsiagaan.
Dampak Ekonomi Jika “Mega Quake” Terjadi
Para peneliti memperingatkan tentang potensi dampak ekonomi yang menghancurkan jika “mega quake” benar-benar terjadi di Jepang. Profesor Yasuyuki Todo dari Waseda University dan Profesor Hiroyasu Inoue dari Universitas Hyogo memperkirakan bahwa gempa besar di sepanjang Palung Nankai dapat menurunkan PDB negara sebesar 11,1%!
Studi mereka, yang diterbitkan di jurnal Nature Sustainability, menunjukkan bahwa gangguan rantai pasokan akibat gempa bisa berdampak ekonomi lebih besar daripada kerusakan fisik langsung. Ini menekankan pentingnya membangun ketahanan rantai pasokan dan infrastruktur untuk mengurangi risiko ekonomi akibat bencana alam.
Apa yang Dilakukan Pemerintah Jepang?
Pemerintah Jepang sudah mengambil berbagai langkah untuk mengurangi risiko dan dampak gempa bumi. Beberapa upaya mitigasi yang dilakukan antara lain:
* Infrastruktur yang Lebih Kuat: Membangun tanggul, gedung evakuasi, dan infrastruktur tahan gempa untuk melindungi masyarakat dari tsunami dan kerusakan akibat gempa.
* Sistem Peringatan Dini: Mengembangkan dan meningkatkan sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami untuk memberikan waktu bagi masyarakat untuk mengungsi.
* Edukasi Publik: Mengadakan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko gempa bumi dan cara-cara melindungi diri.
* Simulasi dan Latihan: Mengadakan simulasi dan latihan evakuasi secara teratur untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi gempa bumi.
Rangkaian gempa bumi di Kepulauan Tokara ini sekali lagi mengingatkan kita betapa rentannya Jepang terhadap bencana alam. Upaya mitigasi yang berkelanjutan dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak gempa bumi di masa depan. Pemerintah Jepang terus berupaya meningkatkan infrastruktur, sistem peringatan dini, dan edukasi publik untuk melindungi warganya. Sementara itu, warga Kepulauan Tokara dan seluruh Jepang terus waspada dan bersiap menghadapi kemungkinan gempa susulan atau bahkan gempa yang lebih besar. ***