Sajikabar – Aktor Craig Russell, wajah yang familiar di layar kaca, baru-baru ini berbagi cerita yang sangat personal dan mengharukan: perjuangannya melawan tumor otak. Diagnosis itu bagaikan petir di siang bolong, mengubah drastis hidupnya dan menyeretnya ke masa-masa sulit yang membuatnya hampir kehilangan segalanya. Namun, di balik cobaan berat ini, Russell menunjukkan ketangguhan dan semangat pantang menyerah yang menginspirasi banyak orang.
Awalnya Cuma Dianggap Kecapekan…
Gejala yang Mengganggu, Tapi Tak Disadari
Semuanya berawal di tahun 2022. Russell mulai merasakan serangkaian gejala aneh yang awalnya ia abaikan. Daya ingatnya menurun drastis, sering linglung, sakit kepala hebat tak tertahankan, dan otaknya terasa berkabut. Kondisi ini perlahan tapi pasti menggerogoti kualitas hidupnya. Awalnya, ia berpikir mungkin hanya efek samping dari jadwal syuting yang super padat.
Tapi, waktu berlalu dan gejala-gejala itu malah makin parah. Istrinya, Kate, yang paling khawatir dan terus mendorongnya untuk segera memeriksakan diri ke dokter. “Kate itu pahlawan dalam cerita ini. Kalau bukan karena dia ngotot, mungkin aku nggak akan sadar betapa seriusnya masalah ini,” ungkap Russell dalam sebuah wawancara. Dimulailah pencarian panjang untuk menemukan diagnosis yang tepat, yang mengharuskannya menjalani berbagai pemeriksaan melelahkan.
Ketika Penglihatan Menghilang dan Telinga Berdenging
Momen yang benar-benar membuatnya tersadar adalah ketika penglihatannya di mata kiri tiba-tiba menghilang. Selain itu, ia juga sering mendengar suara menderu aneh dari belakang kepalanya. Kejadian ini menimpanya saat syuting film “Edge of Summer,” di mana ia harus berteriak keras. Suara menderu itu nyaris membuatnya pingsan.
“Di situ aku benar-benar panik. Kehilangan penglihatan dan suara aneh itu bikin aku yakin ada sesuatu yang sangat nggak beres,” kenang Russell. Gejala-gejala ini semakin memotivasinya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia sadar, ini bukan sekadar kelelahan atau stres biasa.
Jeruk Nipis di Otak: Diagnosis Tumor Otak
Setelah serangkaian pemeriksaan intensif, termasuk MRI dan CT scan, dokter akhirnya menemukan jawabannya. Hasilnya menunjukkan ada tumor jinak sebesar jeruk nipis yang tumbuh di otaknya. Lebih mengejutkan lagi, tumor itu sudah tumbuh selama lebih dari satu dekade dan bahkan mengubah bentuk tengkoraknya!
“Rasanya kayak mimpi buruk. Aku nggak pernah nyangka punya tumor otak selama bertahun-tahun,” ujar Russell dengan nada tak percaya. Dokter menjelaskan bahwa tumor tersebut tumbuh perlahan dan menekan jaringan otak di sekitarnya, menyebabkan berbagai gejala yang ia alami. Meski jinak, ukurannya yang besar dan lokasinya yang strategis membuat tumor ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan nyawa Russell.
Operasi Berisiko Tinggi: Antara Hidup dan…
Pertaruhan Nyawa di Meja Operasi
Mengetahui ada tumor di otaknya, Russell dihadapkan pada pilihan yang sulit: menjalani operasi berisiko tinggi untuk mengangkat tumor atau hidup dengan ketidakpastian dan potensi komplikasi yang lebih buruk di masa depan. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan tim dokter spesialis, ia memutuskan untuk mengambil risiko dan menjalani operasi.
Operasi ini bukan tanpa bahaya. Dokter memperingatkan bahwa ada kemungkinan ia tidak akan selamat. Kalaupun selamat, ia berisiko mengalami kebutaan permanen atau bahkan stroke. “Aku tahu ini pertaruhan besar, tapi aku nggak punya pilihan lain. Aku ingin punya kesempatan untuk hidup dan berkarya lagi,” tegas Russell. Tim dokter melakukan persiapan yang matang dan menggunakan teknologi canggih untuk meminimalkan risiko selama operasi.
Bangkit dari Keterpurukan: Kembali ke Dunia Akting
Operasi berjalan lancar, meski Russell mengalami komplikasi serius setelahnya. Ia harus menjalani perawatan intensif dan fisioterapi untuk memulihkan fungsi tubuhnya. Proses pemulihan memakan waktu berbulan-bulan dan membutuhkan kesabaran serta ketekunan yang luar biasa.
Namun, berkat dukungan dari keluarga, teman, dan tim medis, Russell berhasil melewati masa-masa sulit itu. Ia pulih sepenuhnya dan bahkan berhasil menyelesaikan film terbarunya yang berjudul “Protein.” Kembalinya Russell ke dunia hiburan disambut dengan antusias oleh para penggemar dan rekan-rekannya. “Aku sangat bersyukur bisa kembali berkarya. Ini bukti bahwa harapan dan keteguhan bisa mengalahkan segala rintangan,” ujarnya penuh syukur.
Tumor Otak Jinak: Apa yang Perlu Kita Tahu?
Bukan Kanker, Tapi Tetap Serius
Tumor otak jinak adalah massa sel abnormal yang tumbuh perlahan di dalam otak. Meski bukan kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain, tumor ini tetap bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Hal ini disebabkan oleh ukurannya dan lokasinya yang bisa menekan atau merusak jaringan otak di sekitarnya.
Meningioma adalah jenis tumor otak jinak yang paling umum, menyumbang sekitar 10 hingga 15 persen dari seluruh kasus tumor otak. Tumor ini berasal dari jaringan pelindung otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meninges. Meningioma biasanya muncul pada orang dewasa paruh baya atau lanjut usia.
Kenali Gejalanya Sejak Dini
Gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada ukuran, lokasi, dan kecepatan pertumbuhan tumor. Beberapa gejala umum yang sering dialami penderita tumor otak antara lain:
* Perubahan penglihatan, seperti penglihatan kabur, ganda, atau kehilangan penglihatan sebagian.
* Sakit kepala hebat yang tidak kunjung mereda dan seringkali disertai mual dan muntah.
* Kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
* Kesulitan berjalan atau menjaga keseimbangan.
* Masalah dengan kemampuan berbahasa, seperti kesulitan memahami atau mengucapkan kata-kata.
* Masalah dengan memori atau daya ingat.
* Gangguan pendengaran atau telinga berdenging.
* Mati rasa atau kesemutan pada wajah.
* Kebingungan atau disorientasi.
Penyebab Tumor Otak: Misteri Kerusakan Genetik
Bagaimana Tumor Itu Muncul?
Para ahli menjelaskan bahwa tumor otak terbentuk ketika gen tertentu pada kromosom sel mengalami kerusakan dan tidak berfungsi dengan baik. Sayangnya, penyebab pasti dari perubahan ini masih belum diketahui secara pasti. DNA dalam kromosom berfungsi memberikan instruksi kepada sel untuk tumbuh, membelah, atau mati pada waktu yang tepat.
Ketika DNA di sel otak mengalami perubahan, sel menerima instruksi yang salah. Akibatnya, sel tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dari normal dan bisa hidup lebih lama dari seharusnya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan sel abnormal yang mengambil ruang di otak.
Faktor Risiko: Genetik dan Lingkungan
Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin terlahir dengan perubahan genetik yang meningkatkan risiko terkena tumor otak. Selain itu, faktor lingkungan seperti paparan radiasi tinggi dari X-ray atau pengobatan kanker sebelumnya juga bisa memperburuk kerusakan genetik tersebut. Meski begitu, sebagian besar kasus tumor otak tidak terkait dengan faktor genetik atau lingkungan yang jelas.
Penting untuk diingat bahwa memiliki faktor risiko bukan berarti seseorang pasti akan terkena tumor otak. Namun, mengetahui faktor risiko bisa membantu seseorang untuk lebih waspada dan melakukan pemeriksaan rutin jika diperlukan.
Kisah Craig Russell adalah pengingat yang kuat betapa pentingnya mendengarkan tubuh kita dan mencari pertolongan medis jika mengalami gejala yang mencurigakan. Kisahnya juga membuktikan bahwa dengan keteguhan dan dukungan yang tepat, seseorang bisa mengatasi tantangan kesehatan yang paling berat sekalipun. Perjuangan Russell melawan tumor otak tidak hanya menginspirasi banyak orang, tetapi juga meningkatkan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk penyakit ini. ***