Surya Sahetapy Buktikan Tuli Bukan Penghalang, Dewi Yull Sampai Terharu!
Sajikabar – Penyanyi senior Dewi Yull tak kuasa menahan air mata saat menceritakan perjalanan sang putra, Surya Sahetapy. Bagaimana tidak, Surya, yang sejak lahir memiliki keterbatasan pendengaran, berhasil meraih gelar magister. Pencapaian ini jadi bukti nyata, disabilitas bukanlah tembok penghalang untuk menggapai cita-cita setinggi langit. Kisah Surya ini pun jadi inspirasi banyak orang, menumbuhkan semangat pantang menyerah, berkat dukungan keluarga yang luar biasa.
Perjuangan Surya dalam Menuntut Ilmu
Dengan mata yang berkaca-kaca, Dewi Yull berbagi cerita tentang kegigihan Surya dalam menempuh pendidikan. Ia menuturkan, Surya harus bekerja ekstra keras, bahkan tiga kali lipat dibandingkan teman-temannya yang bisa mendengar dengan baik. Sebagai ibu, Dewi Yull tak tinggal diam. Ia bahkan belajar bahasa isyarat untuk bisa berkomunikasi dan mendukung Surya. “Saya sebagai ibu hanya bisa menyemangati, mendoakan, dan memberikan yang terbaik,” ucap Dewi Yull dengan suara bergetar saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/8/2023). Ia juga menekankan pentingnya keyakinan dan pertolongan Tuhan. “Kita harus yakin pertolongan Tuhan itu selalu ada. Allah pasti menolong selama kita berusaha,” tambahnya. Perjalanan Surya memang tidak mudah, tetapi berkat dukungan keluarga dan tekad membara, ia berhasil menaklukkan setiap rintangan.
Motivasi dari Kakak Tercinta
Selain dukungan dari sang ibu, ada sosok lain yang menjadi penyemangat Surya, yaitu kakaknya, Rama Sahetapy. Rama, yang telah meraih gelar Magister Kenotariatan dari Universitas Indonesia, menjadi inspirasi bagi Surya. “Surya termotivasi oleh kesuksesan kakaknya. Dia ingin membuktikan, dia juga bisa meraih pendidikan tinggi,” ungkap Dewi Yull. Motivasi dari sang kakak ini memberikan dorongan ekstra bagi Surya untuk terus belajar dan berusaha. Meskipun menghadapi berbagai kesulitan, Surya tetap fokus pada tujuannya dan pantang menyerah. Dukungan dari keluarga, terutama ibu dan kakaknya, menjadi sumber kekuatan utama baginya.
Gelar Magister dari Rochester Institute of Technology
Kerja keras dan ketekunan Surya akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Ia berhasil meraih gelar magister dari Rochester Institute of Technology (RIT) di New York, Amerika Serikat. Jurusannya pun tak main-main, Pendidikan Tuli dan Kesulitan Pendengaran (Secondary Education for Deaf and Hard of Hearing). Pencapaian ini menjadi bukti nyata, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. “Alhamdulillah, Surya bisa lulus S2 dari Rochester. Ini anugerah yang luar biasa,” kata Dewi Yull dengan nada syukur. Data dari RIT menunjukkan, hanya sebagian kecil mahasiswa tuli dan kesulitan pendengaran yang berhasil menyelesaikan program magister. Keberhasilan Surya ini tentu menjadi inspirasi bagi komunitas tuli dan disabilitas di seluruh dunia.
Pencapaian Surya di RIT tak hanya membanggakan keluarga, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan. Dengan gelar magisternya, Surya diharapkan dapat memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak tuli dan kesulitan pendengaran. Ia bertekad menjadi guru yang inspiratif dan membantu anak-anak disabilitas untuk meraih potensi terbaik mereka. Lebih jauh lagi, Surya berharap kisahnya dapat menginspirasi orang lain untuk tidak menyerah pada keadaan dan terus berjuang menggapai mimpi. “Saya ingin menunjukkan pada dunia, tuli bukanlah akhir dari segalanya. Kita bisa meraih apa pun yang kita inginkan asalkan kita mau berusaha dan tidak menyerah,” kata Surya dalam sebuah wawancara daring.
Di sisi lain, keberhasilan Surya juga menyoroti betapa pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan yang inklusif bagi individu dengan disabilitas. Tanpa dukungan yang memadai, potensi mereka mungkin tak akan pernah terwujud. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang ramah disabilitas dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak. “Kita harus mengubah pandangan bahwa disabilitas adalah kekurangan. Disabilitas adalah perbedaan, dan kita harus menghargai perbedaan tersebut,” tegas Dewi Yull.
Data terbaru dari Kementerian Sosial mencatat, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai lebih dari 21 juta orang. Sebagian besar masih menghadapi berbagai kendala dalam mengakses pendidikan, pekerjaan, dan layanan publik lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih serius dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan masyarakat yang inklusif bagi semua.
Sementara itu, Surya berencana kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri di bidang pendidikan. Ia ingin berbagi ilmu dan pengalamannya kepada anak-anak tuli dan kesulitan pendengaran di tanah air. “Saya ingin menjadi bagian dari perubahan positif di Indonesia. Saya ingin membantu anak-anak tuli untuk meraih pendidikan yang berkualitas dan memiliki masa depan yang cerah,” pungkas Surya penuh semangat. Kisah inspiratif Surya Sahetapy membuktikan, dengan kerja keras, dukungan keluarga, dan keyakinan pada diri sendiri, tidak ada mimpi yang mustahil diraih. ***