Kisah Pilu, Wanita 20 Tahun Lawan Kanker Usus, Awalnya Cuma Nyeri Perut Biasa?
Kisah Pilu, Wanita 20 Tahun Lawan Kanker Usus, Awalnya Cuma Nyeri Perut Biasa?

Kisah Pilu, Wanita 20 Tahun Lawan Kanker Usus, Awalnya Cuma Nyeri Perut Biasa?

Sajikabar – Hana Lailaszma, gadis 20 tahun asal Jakarta Timur, harus menghadapi kenyataan pahit: kanker usus. Awalnya, cuma nyeri perut biasa, siapa sangka itu adalah sinyal dari penyakit serius yang mengubah hidupnya dalam sekejap. Vonis itu bagai petir di siang bolong, bukan hanya bagi Hana, tapi juga keluarganya. Kisah ini jadi pengingat, betapa pentingnya deteksi dini dan gaya hidup sehat, apalagi di usia muda.

Awalnya Cuma Nyeri Perut Biasa?

“Awalnya sakit perut biasa, tapi beda banget,” cerita Hana. “Sakitnya tuh sampai nggak bisa napas.” Kejadian di awal tahun 2025 itu benar-benar mengubah pandangannya tentang kesehatan. Sebelumnya, ia merasa sehat walafiat. Nggak ada riwayat penyakit aneh-aneh. Tapi, nyeri perut itu bikin aktivitasnya kacau balau. Datangnya tiba-tiba, bikin nggak nyaman, dan ganggu banget.

Obat Warung Nggak Mempan

Karena nyeri perutnya makin menjadi-jadi, Hana coba beli obat pereda nyeri di apotek. Berharap, sakitnya cepat hilang. Tapi, nihil. Nggak mempan sama sekali! “Akhirnya, aku ke klinik 24 jam buat disuntik anti nyeri. Alhamdulillah, sakitnya hilang,” jelasnya. Walau suntikan itu berhasil meredakan sakit sementara, Hana sadar, ia harus cari tahu akar masalahnya. Nggak bisa terus-terusan bergantung sama obat.

BAB Berdarah, Dikira Ambeien

Waktu berlalu, muncul gejala lain yang bikin Hana makin khawatir. Ada darah saat buang air besar! Panik dong! Langsung cari pertolongan medis. Darah yang keluar makin sering, kondisi fisiknya pun ikut menurun. “Habis suntik anti nyeri, sakitnya hilang. Tapi, nggak lama, muncul BAB berdarah. Awalnya dikit, lama-lama makin banyak,” kenang Hana. Sayangnya, dokter di klinik menduga itu cuma ambeien. Dikasihlah obat ambeien, disuruh minum rutin. Tapi, setelah tiga bulan minum obat, kondisinya nggak membaik juga.

HB Rendah, Harus Transfusi Darah

Karena obat ambeien nggak ada efeknya, Hana balik lagi ke klinik. Dokter nyaranin buat cek darah lengkap di puskesmas. Hasilnya bikin kaget. Kadar hemoglobin (HB) Hana rendah banget, cuma 7! Jauh di bawah normal yang seharusnya 14. Kata dokter, HB rendah itu karena banyak darah yang keluar pas BAB. Akhirnya, Hana harus transfusi darah. “Dokter bilang, HB saya rendah banget karena banyak darah keluar. Saya langsung dirujuk buat transfusi,” ujarnya. Tujuannya jelas, buat naikin kadar HB biar kondisinya stabil lagi.

Divonis Kanker Usus Stadium 2

Setelah transfusi, Hana disaranin buat pemeriksaan lebih lanjut, termasuk USG perut. Dari USG, dokter nemuin massa tumor di ususnya. Buat mastiin diagnosis, Hana dijalanin CT scan. Hasilnya? Hana positif kanker usus stadium 2! Vonis itu bagai mimpi buruk. Hana dan keluarga nggak nyangka, nyeri perut yang awalnya dianggap sepele, ternyata gejala penyakit serius. “Habis CT scan, dokter bilang saya positif kanker usus stadium 2. Rasanya kayak mimpi,” ucap Hana dengan nada sedih.

Apa Pemicu Kankernya?

Setelah tahu kena penyakit serius, Hana coba cari tahu apa yang jadi pemicu kanker ususnya. Ia menduga ada beberapa faktor yang berkontribusi. Salah satunya faktor keturunan. Ada riwayat keluarga dengan penyakit kanker. Selain itu, pola makan yang nggak teratur, sering makan pedas berlebihan, dan kurangnya asupan protein juga diduga jadi pemicu. “Sampai sekarang kalau ditanya pemicunya itu banyak. Pertama, faktor keturunan. Kedua, pola makan nggak teratur, sering makan pedas, jarang makan protein,” sebutnya. Hana sadar, gaya hidup yang kurang sehat bisa ningkatin risiko terkena kanker.

Pesan dari Hana

Mengalami sendiri perjuangan melawan kanker usus di usia muda, Hana pengen bagi pengalamannya ke banyak orang. Ia berharap kisahnya bisa jadi pelajaran dan ningkatin kesadaran tentang pentingnya jaga kesehatan. Hana berpesan, jangan pernah abaikan gejala aneh yang muncul di tubuh. Kalau ngerasa ada yang nggak beres, segera periksain diri ke dokter biar dapat diagnosis dan penanganan yang tepat. “Harus mulai curiga saat BAB susah atau jarang banget. Perbanyak makan serat,” pesannya. Ia juga ngingetin pentingnya jaga pola makan yang sehat, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan hindari makanan yang bisa bikin iritasi usus. Hana berharap makin banyak orang yang peduli sama kesehatan dan melakukan deteksi dini kanker usus, biar penyakit ini bisa dideteksi dan diobati sejak awal. ***

Tentang Ayesha Pramesti

Halo semuanya! Saya seorang health practitioner yang passionate untuk berbagi informasi kesehatan. Mari kita jalani hidup sehat bersama-sama dengan tips dan insight yang saya bagikan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru