Masa Lalu Bumi Terkuak dari Batu Berusia 4,16 Miliar Tahun!
Masa Lalu Bumi Terkuak dari Batu Berusia 4,16 Miliar Tahun!

Masa Lalu Bumi Terkuak dari Batu Berusia 4,16 Miliar Tahun!

Batu Berusia 4,16 Miliar Tahun Ungkap Rahasia Masa Lalu Bumi!

Sajikabar – Di pesisir timur Teluk Hudson, Kanada, tersembunyi sebuah formasi batuan yang bikin para ilmuwan terkesima. Bayangkan saja, batu abu-abu bergaris ini diperkirakan berumur 4,16 miliar tahun! Temuan ini bagaikan kunci yang membuka pintu ke masa lalu Bumi yang paling purba. Kita bisa mengintip kondisi planet ini saat kehidupan pertama kali muncul. Keren, kan?

Menemukan Harta Karun: Batuan Tertua di Bumi

Kabar mengejutkan ini datang dari penelitian terbaru yang menganalisis formasi batuan unik di Kanada. Batuan ini adalah bagian dari kompleks batuan bernama Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq (NGB). Para ahli meyakini, inilah sisa-sisa kerak Bumi paling awal, yang diperkirakan berumur sekitar 4,57 miliar tahun. Angka yang fantastis ini jadi titik awal penting untuk memahami bagaimana Bumi kita berkembang secara geologis dan bagaimana kondisinya dulu. Kalau klaim ini benar, Nuvvuagittuq jadi saksi bisu dari era Hadean yang penuh gejolak di masa lalu Bumi.

Untuk menentukan usia batuan ini, para ilmuwan menggunakan dua metode penanggalan yang memanfaatkan peluruhan isotop radioaktif. Metode ini mengukur usia magma purba yang terperangkap di dalam batuan. Hasilnya? Usia batuan ini memperkuat studi-studi sebelumnya yang sempat jadi perdebatan. Sekarang, para ilmuwan punya “jendela” unik untuk memahami sejarah kuno Bumi, termasuk tahapan geokimia saat kehidupan mungkin pertama kali muncul.

“Batuan vulkanik ini diperkirakan berusia minimal 4,16 miliar tahun, bahkan mungkin lebih. Menurut saya, perkiraan terbaiknya sekitar 4,3 miliar tahun. Saat ini, belum ada batuan lain yang diketahui memiliki usia lebih tua,” kata Jonathan O’Neil, profesor ilmu lingkungan dari Universitas Ottawa, yang ikut menulis studi ini.

Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq: Mesin Waktu ke Masa Lalu Bumi

Dulu, Bumi adalah bola lava merah yang menyala-nyala. Selama 600 juta tahun pertama, yang dikenal sebagai eon Hadean, planet ini perlahan mendingin. Kantong-kantong batuan padat pun mulai terbentuk. Masa ini sangat aktif dan penuh gejolak. Bumi berkali-kali dihantam asteroid, bahkan bertabrakan dahsyat dengan protoplanet Theia. Akibatnya, sebagian Bumi terlepas dan membentuk Bulan.

Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, permukaan Bumi mulai terpecah menjadi lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini saling bertumbukan dan didaur ulang ke dalam interior Bumi, atau membentuk jajaran pegunungan dan palung yang luas. Proses ini bikin banyak batuan di permukaan Bumi mengalami perubahan kimiawi akibat panas dan tekanan ekstrem.

Tapi, ada beberapa wilayah yang cukup jauh dari batas lempeng tektonik. Di sana, batuan tidak berubah selama miliaran tahun. Salah satunya ada di Kanada timur laut, yaitu Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq (NGB). Para ilmuwan sepakat, batuan ini setidaknya berusia 3,8 miliar tahun. Namun, penemuan terbaru ini menggeser perkiraan usia NGB, menjadikannya kandidat batuan tertua di Bumi.

Dibalik Kontroversi Penanggalan Batuan Purba

Di tahun 2008, O’Neil dan timnya menerbitkan studi yang menunjukkan NGB berusia 4,3 miliar tahun. Sontak, hal ini memicu perdebatan di kalangan ahli geologi. Beberapa ahli meragukan validitas metode yang digunakan para peneliti.

Biasanya, penanggalan batuan tua menggunakan mineral zirkon yang secara kimiawi stabil selama miliaran tahun. Sayangnya, batuan vulkanik di NGB tidak mengandung zirkon. Alhasil, para ilmuwan harus mengukur usia batuan dengan mengamati peluruhan unsur samarium menjadi neodymium. Metode ini mengukur rasio isotop samarium dan neodymium untuk menentukan usia batuan.

Masalahnya, samarium bisa meluruh menjadi neodymium melalui dua jalur berbeda: samarium-146 menjadi neodymium-142, atau samarium-147 menjadi neodymium-143. Kedua jalur ini menghasilkan “jam isotop” dengan kecepatan peluruhan yang berbeda. Jalur peluruhan pertama memiliki waktu paruh sekitar 96 juta tahun, sedangkan jalur kedua memiliki waktu paruh triliunan tahun!

Perbedaan waktu paruh yang signifikan ini menyebabkan estimasi usia batuan yang berbeda pula. Selain itu, batuan yang sudah sangat tua rentan terhadap peristiwa tektonik yang bisa mengganggu isotop dan mempengaruhi akurasi penanggalan.

“Setiap ‘pemasakan’ atau metamorfisme batuan setelah 4 miliar tahun yang lalu tidak akan terlalu memengaruhi jam yang berumur pendek, tetapi dapat mengatur ulang jam yang berumur panjang dan menyebabkan perbedaan usia antara kedua sistem ini,” jelas O’Neil.

Metode Penanggalan Baru Ungkap Usia Sebenarnya

Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti kembali ke lokasi formasi batuan NGB. Mereka mencari bagian yang menunjukkan intrusi magma dari mantel Bumi (lapisan tengah Bumi) ke dalam kerak purba planet. Karena intrusi ini pasti lebih muda dari batuan yang dimasukinya, intrusi ini bisa digunakan sebagai usia minimum.

Analisis terbaru mengungkapkan bahwa di dalam bagian-bagian NGB ini, peluruhan samarium menjadi neodymium menunjukkan usia yang konsisten, yaitu 4,16 miliar tahun. Hasil yang konsisten ini memberikan keyakinan yang lebih besar terhadap keakuratan penanggalan.

Apa Artinya Penemuan Ini untuk Asal Usul Kehidupan?

Jika penelitian lebih lanjut mengonfirmasi bahwa batuan Nuvvuagittuq setua yang diyakini tim O’Neil, penemuan ini bisa memberikan wawasan penting tentang bagaimana kehidupan muncul di planet kita, bahkan mungkin di planet lain.

“Sebagian batuan dari Sabuk Batu Hijau Nuvvuagittuq terbentuk akibat pengendapan dari air laut. Informasi ini bisa membantu kita memahami komposisi samudra pertama kita, suhunya, dan bahkan mungkin atmosfernya. Batuan ini juga bisa menjadi tempat tinggal jejak kehidupan tertua di Bumi,” ungkap O’Neil.

“Memahami lingkungan tempat kehidupan mungkin dimulai di planet kita juga membantu pencarian jejak kehidupan di tempat lain, seperti di Mars,” pungkasnya. ***

Tentang Sari Wulandari

Perkenalkan, saya seorang wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik. Saya percaya bahwa informasi yang benar dan tepat waktu adalah hak setiap orang. Yuk, ikuti tulisan saya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru