Sajikabar – Nyamuk Aedes Aegypti, biang keladi demam berdarah, memang lebih aktif menggigit di siang hari. Tapi, pernah kepikiran nggak, mereka ngapain aja ya pas lagi panas-panasnya? Yuk, kita intip kebiasaan si nyamuk nakal ini, dari tempat ngumpet favorit sampai cara jitu mencegah mereka berkembang biak.
Siapa Sih Nyamuk Aedes Aegypti Ini?
Nyamuk Aedes Aegypti ini musuh bebuyutan kita, apalagi yang tinggal di daerah tropis dan subtropis. Dia ini terkenal banget sebagai pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang bisa bikin nyawa melayang. Dulu, nyamuk ini seringnya nongkrong di hutan. Tapi, karena makin banyak pembangunan, mereka jadi pintar adaptasi, bisa hidup di wadah-wadah buatan di dalam maupun di luar rumah. Jadi, ancamannya makin dekat, deh.
Ciri khasnya gampang dikenali, kok. Kata seorang ahli serangga dari lembaga kesehatan, punggungnya itu ada garis putih yang bentuknya kayak lira, plus garis-garis pendek putih yang banyak, jadi kelihatan belang-belang. “Motif ini yang bikin beda sama nyamuk lain, jadi lebih mudah buat kita identifikasi,” jelasnya.
Nyamuk Aedes Aegypti Ngapain Aja Pas Siang?
Nggak kayak nyamuk lain yang hobinya keluar malam, Aedes Aegypti ini malah lebih suka cari makan pas siang. Penelitian menunjukkan, mereka paling aktif sekitar dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Nah, di jam-jam itu, siap-siap aja, risiko digigit nyamuk ini lagi tinggi-tingginya.
Terus, pas mataharinya lagi terik banget, mereka ngumpet di mana? Seorang peneliti dari universitas ternama bilang, Aedes Aegypti biasanya cari tempat yang gelap, lembap, dan tersembunyi di dalam rumah. “Mereka suka banget kamar tidur, kamar mandi, dapur, pokoknya yang bisa ngelindungin mereka dari panas matahari dan predator,” katanya. Di tempat-tempat itu, mereka istirahat sambil nunggu kesempatan buat nyedot darah kita.
Selain itu, nyamuk Aedes Aegypti ini butuh banget air buat berkembang biak. Ember, gelas, ban bekas, tong, vas bunga, wadah apa aja bisa jadi tempat buat mereka bertelur dan menghasilkan jentik. Bahkan, genangan air di tempat yang nggak kepikiran, kayak talang air mampet, pot tanaman, atau mainan anak-anak yang kegeletak di halaman, juga bisa jadi sarang nyamuk. Nggak cuma itu, mereka juga bisa ditemukan di air bawah tanah, kayak septictank yang nggak rapat, saluran air hujan, sumur, atau meteran air. Duh, banyak banget, ya?
Kondisi lingkungan juga ngaruh banget sama siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti. Kalau curah hujannya tinggi, kelembapan dan suhu udara juga naik, itu bikin mereka makin semangat berkembang biak. Penelitian bilang, nyamuk ini paling nyaman berkembang biak di suhu 20-28 derajat Celcius. Nah, Indonesia, kan iklimnya tropis, hangat dan lembap, jadi ya mereka betah banget di sini. Belum lagi kalau ada cuaca ekstrem, kayak hujan deras disertai angin kencang malam-malam, terus siangnya panasnya nyengat, itu bisa bikin populasi nyamuk Aedes Aegypti makin banyak.
Seorang profesor dari fakultas kedokteran universitas terkenal menekankan, cuaca yang nggak karuan ini penting banget dalam penularan penyakit yang dibawa nyamuk Aedes Aegypti. “Perubahan iklim dan cuaca yang susah ditebak bisa bikin siklus hidup nyamuk jadi lebih cepat dan risiko penyebaran DBD juga makin tinggi,” tegasnya.
Gimana Cara Cegah Nyamuk Aedes Aegypti Berkembang Biak?
Karena bahayanya nyamuk Aedes Aegypti ini nggak main-main, pencegahan perkembangbiakannya jadi penting banget. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia udah lama banget kampanyekan program 3M Plus buat berantas sarang nyamuk dan cegah DBD. Programnya itu:
* Menguras: Rajin bersihin dan kuras tempat penampungan air, kayak bak mandi, toren air, bak penampung air, dan lain-lain.
* Menutup: Tutup rapat semua wadah penampung air biar nyamuk nggak bisa masuk dan bertelur.
* Mendaur Ulang: Manfaatin lagi barang-barang bekas yang masih bisa dipakai. Soalnya, sampah barang bekas yang nggak didaur ulang itu berpotensi jadi sarang nyamuk.
Selain 3M, ada beberapa langkah tambahan yang bisa kita lakuin buat cegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti, di antaranya:
* Benerin saluran dan talang air yang mampet.
* Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk di kolam atau bak penampungan air.
* Pasang kawat kasa di ventilasi dan jendela kamar.
* Periksa tempat penampungan air secara berkala, pastiin nggak ada jentik nyamuk.
* Taruh baju bekas pakai di wadah tertutup.
* Jaga kebersihan lingkungan bareng-bareng sama tetangga.
* Kasih larvasida di penampungan air yang susah dibersihin.
* Pelihara tanaman pengusir nyamuk, kayak lavender, serai, atau zodia.
Dengan lakuin langkah-langkah pencegahan ini secara rutin dan konsisten, kita bisa kurangin risiko penyebaran DBD dan lindungin diri sendiri serta keluarga dari ancaman nyamuk Aedes Aegypti. “Pencegahan itu kunci utama buat lawan DBD,” tegas seorang petugas kesehatan masyarakat pas ketemu di acara sosialisasi. “Kita butuh banget partisipasi aktif dari semua masyarakat buat bikin lingkungan yang bersih dan bebas dari sarang nyamuk.” ***