Sajikabar – Hoyak Tabuik Piaman, bukan sekadar pesta tahunan. Ini adalah denyut nadi Kota Pariaman, Sumatera Barat. Setiap tahun, ribuan mata tertuju ke sini, terpukau oleh gebukan tambur yang membahana dan megahnya Tabuik, bangunan tinggi menjulang dengan ornamen yang memikat. Daya pikatnya tak terbantahkan, mengundang rasa ingin tahu yang mendalam tentang makna di balik perayaan sakral ini. Bayangkan ribuan orang berdesakan, memadati jalanan, larut dalam euforia Hoyak Tabuik yang diperkirakan akan digelar pada 6 Juli 2025 (bertepatan dengan 10 Muharram). Tabuik lebih dari sekadar tontonan; ia adalah warisan budaya yang hidup, berakar kuat dalam sejarah dan tradisi.
Asal Usul dan Makna Tabuik
Kilas Balik Sejarah Tabuik
Tabuik lahir di Pariaman sekitar abad ke-19, sebuah tradisi yang tumbuh sebagai bentuk penghormatan dan mengenang wafatnya Imam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Tragedi di Karbala itu menjadi simbol abadi tentang perjuangan dan pengorbanan bagi umat Islam. Seiring waktu, Tabuik menjelma menjadi perayaan budaya yang merangkul seluruh masyarakat Pariaman, tua dan muda, kaya dan miskin.
Simbolisme di Balik Megahnya Tabuik
Jangan salah, Tabuik bukan sekadar hiasan tinggi menjulang. Ia adalah representasi visual dari nilai-nilai dan keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bentuknya seringkali menyerupai Burak, kendaraan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj. “Burak itu simbol perjalanan spiritual dan keagungan,” bisik seorang tokoh masyarakat Pariaman yang memilih untuk tidak disebutkan namanya. Di atas Burak, ada wadah seperti keranda, yang melambangkan jenazah Imam Husain yang diyakini dibawa oleh Burak. Setiap detail, dari ukiran hingga warna, menyimpan makna filosofis yang mendalam, mencerminkan penghormatan dan duka atas tragedi Karbala.
Proses Pembuatan Tabuik: Kolaborasi Seni yang Mengagumkan
Merakit Tabuik: Bahan dan Teknik Tradisional
Membuat Tabuik itu bukan perkara mudah. Ini adalah proses panjang dan rumit yang membutuhkan keahlian dan kerjasama dari banyak orang. Kayu, bambu, rotan, dan berbagai ornamen lainnya dirakit dengan tangan, menggunakan teknik tradisional yang diwariskan turun-temurun. Para pengrajin Tabuik ini, dengan telaten dan sabar, mengubah bahan-bahan sederhana menjadi karya seni yang megah. “Membuat Tabuik itu butuh ketelitian dan kesabaran tingkat tinggi,” kata Ade Ratman, seorang perajin Tabuik Subarang yang sudah enam tahun menekuni pembuatan Tabuik.
Sang Maestro: Peran Pembuat Tabuik di Masyarakat
Para pembuat Tabuik bukan sekadar tukang kayu atau perangkai bambu. Mereka adalah tokoh penting dalam masyarakat Pariaman. Keahlian mereka sangat dihargai dan dihormati. Mereka memegang peran penting dalam menjaga kelestarian tradisi Tabuik. Ilmu dan keterampilan pembuatan Tabuik mereka wariskan kepada generasi muda, memastikan tradisi ini tetap hidup dan berkembang. Mereka juga berperan dalam mengedukasi masyarakat dan wisatawan tentang makna dan sejarah Tabuik.
Hoyak Tabuik: Klimaks Perayaan yang Menyentuh Hati
Hoyak dan Pelarungan: Atraksi Puncak yang Memukau
Puncak perayaan Tabuik adalah Hoyak Tabuik. Bayangkan, Tabuik diangkat dan digoyang-goyangkan oleh puluhan orang, sebuah pemandangan yang membuat bulu kuduk merinding, sekaligus mengharukan. Setelah dihoyak sepuasnya, Tabuik kemudian dilarung ke laut, sebuah simbol pembersihan diri dan melepaskan kesedihan. Prosesi pelarungan ini adalah momen yang sangat emosional bagi masyarakat Pariaman.
Menyatu dalam Euforia: Interaksi Masyarakat dan Wisatawan
Hoyak Tabuik bukan hanya milik masyarakat Pariaman. Ia juga menjadi magnet bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Ribuan orang datang untuk menyaksikan perayaan ini. Interaksi antara masyarakat dan wisatawan menciptakan suasana yang unik dan meriah. Wisatawan belajar tentang tradisi Tabuik langsung dari sumbernya, sementara masyarakat dengan bangga memperkenalkan budaya mereka kepada dunia.
Tabuik di Mata Dunia: Wisatawan dan Pemerintah Kota Berkolaborasi
Daya Tarik Wisata Budaya yang Tak Tertandingi
Tabuik punya daya tarik wisata budaya yang luar biasa. Ia menawarkan pengalaman yang unik dan otentik. Wisatawan bisa melihat langsung bagaimana masyarakat Pariaman melestarikan dan merayakan warisan budaya mereka. Mereka juga bisa menikmati keindahan ornamen Tabuik dan merasakan atmosfer perayaan yang penuh semangat. “Saya sengaja bawa keluarga ke sini biar mereka kenal tradisi Tabuik,” kata Muhammad Ari, wisatawan dari Padang Pariaman.
Melestarikan Warisan: Upaya Pemerintah Kota Pariaman
Pemerintah Kota Pariaman sangat menyadari pentingnya melestarikan Tabuik sebagai bagian dari warisan budaya bangsa. Berbagai upaya dilakukan untuk mendukung dan mengembangkan tradisi ini, mulai dari promosi wisata, pelatihan bagi pengrajin Tabuik, hingga penyelenggaraan festival Tabuik yang lebih terorganisir. “Tabuik itu warisan budaya yang wajib kita jaga dan lestarikan,” tegas Wali Kota Pariaman, Yota Balad.
Tabuik: Lebih dari Sekadar Festival
Tabuik bukan sekadar tontonan atau festival biasa. Ia adalah simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Pariaman. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, toleransi, dan penghormatan terhadap sejarah. Melalui Tabuik, masyarakat Pariaman terus menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka untuk generasi mendatang.
Pemerintah Kota Pariaman berencana menggelar Pesona Hoyak Tabuik Piaman mulai 27 Juni hingga 6 Juli 2025. Harapannya, perayaan ini akan semakin meriah dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata, demi memberikan pengalaman terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pariaman. Dengan begitu, Tabuik tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga menjadi penggerak pembangunan di Kota Pariaman. ***