Sajikabar – Jakarta Fair (PRJ), hajatan tahunan yang dinanti-nantikan warga Jakarta, seharusnya jadi panggung buat UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) untuk unjuk gigi. Tapi, di balik riuhnya pesta rakyat ini, terselip cerita pilu dari para pelaku UMKM. Banyak yang curhat sepi pengunjung, bikin omzet jeblok, bahkan ada yang sampai gulung tikar sebelum waktunya!
Jeritan Hati Pedagang UMKM di PRJ: Sepi Banget!
PRJ yang sudah berlangsung sejak pertengahan Juni, ternyata nggak serta merta membawa rejeki nomplok buat semua UMKM. Beberapa stan, terutama yang posisinya kurang oke, mengaku gigit jari karena pengunjungnya minim. “Kita berharap banget PRJ ini bisa dongkrak penjualan, tapi kenyataannya jauh dari harapan,” keluh Rini, pemilik stan kerajinan tangan yang posisinya agak nyempil di belakang Hall D, saat kami temui, Kamis (11/7/2025).
Lokasi “Nggak Ngenakin” dan Informasi yang Kurang
Salah satu biang kerok sepinya stan UMKM diduga kuat karena lokasinya yang kurang strategis. Banyak stan yang posisinya terpencil, bikin pengunjung yang baru pertama kali datang ke PRJ jadi bingung nyarinya. “Lokasi kita ini memang agak mojok, jauh dari keramaian. Banyak pengunjung nggak tahu kalau di sini ada stan UMKM,” curhat Budi, pedagang makanan khas daerah yang kebagian tempat di dekat pintu masuk Hall E.
Selain lokasi, kurangnya informasi tentang keberadaan stan UMKM juga jadi masalah. Pengunjung seringkali cuma fokus ke area panggung hiburan dan kuliner, tanpa sadar ada stan-stan UMKM di sekitarnya. “Seharusnya panitia lebih gencar lagi promosikan area UMKM. Petugas informasi juga harus aktif arahkan pengunjung ke sini,” timpal Rini. Minimnya rambu penunjuk arah juga bikin pengunjung kesulitan menemukan stan-stan UMKM yang tersembunyi.
Omzet Anjlok, Balik Modal Aja Susah!
Dampak sepinya pengunjung ini langsung terasa di dompet para pelaku UMKM. Omzet penjualan terjun bebas, bahkan ada yang kesulitan buat sekadar balik modal. “Biasanya di PRJ kita bisa dapat omzet puluhan juta, sekarang boro-boro, buat nutup biaya sewa stan aja susah,” ujar Budi dengan nada kecewa.
Biaya sewa stan yang lumayan tinggi juga jadi beban tersendiri buat para pelaku UMKM. Dengan penjualan yang lesu, mereka jadi makin tertekan dan kesulitan untuk bertahan. “Kita berharap ada keringanan biaya sewa stan atau subsidi dari pemerintah supaya kita bisa tetap jualan di PRJ,” harap Rini. Data dari Asosiasi UMKM menunjukkan, penurunan omzet rata-rata yang dialami pelaku UMKM di PRJ mencapai 40% dibandingkan tahun lalu.
Ngakalin Sepinya PRJ: Jurus Jitu UMKM Biar Nggak Kalah
Nggak mau menyerah begitu aja, para pelaku UMKM putar otak cari cara buat menarik perhatian pengunjung dan meningkatkan penjualan. Beberapa di antaranya kasih diskon khusus, bikin promo menarik, sampai manfaatin media sosial buat menjangkau pasar yang lebih luas.
“Jemput Bola”: Jualan Keliling Biar Laris
Salah satu strategi yang lumayan efektif adalah “jemput bola,” alias jualan keliling. Beberapa pedagang berani keluar dari stan dan nawarin produk mereka langsung ke pengunjung yang lagi jalan-jalan di area PRJ. “Awalnya malu, tapi ternyata lumayan efektif. Banyak pengunjung yang tertarik dan akhirnya beli produk kita,” cerita Ani, pedagang pakaian batik yang keliling di area panggung hiburan.
Cara lain yang ditempuh adalah menggandeng komunitas atau influencer buat promosiin produk UMKM. Dengan manfaatin jaringan dan popularitas mereka, diharapkan bisa narik lebih banyak pengunjung ke stan-stan UMKM. “Kita kerja sama dengan beberapa food blogger buat promosikan makanan kita. Hasilnya cukup signifikan, pengunjung jadi lebih tahu dan penasaran sama produk kita,” jelas Budi.
Tragis! Banyak Stan UMKM Tutup Lebih Awal
Sayangnya, nggak semua pelaku UMKM kuat bertahan di tengah sepinya pengunjung. Beberapa terpaksa nutup stan mereka lebih awal karena merugi. Pemandangan stan-stan kosong pun makin banyak terlihat di area PRJ.
“Kita sudah nggak kuat lagi, biaya operasional terlalu tinggi sementara penjualan nggak ada. Terpaksa kita tutup aja daripada semakin rugi,” ujar Rina, pedagang aksesoris yang mutusin buat nyerah duluan dari PRJ. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan dan mengancam keberlangsungan usaha UMKM di masa depan.
Data dari pihak penyelenggara nyatet, ada sekitar 15% stan UMKM yang tutup sebelum acara PRJ kelar. Kondisi ini jadi perhatian serius buat banyak pihak, termasuk pemerintah dan asosiasi UMKM. Harapannya, ada solusi konkret yang bisa bantu para pelaku UMKM buat tetap bertahan dan berkembang di tengah tantangan yang ada. Pemerintah daerah janji bakal ngadain evaluasi menyeluruh terkait penempatan dan promosi stan UMKM di PRJ tahun depan. “Kami akan pastikan bahwa semua stan UMKM mendapatkan lokasi yang strategis dan promosi yang memadai,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DKI Jakarta dalam konferensi pers, Jumat (11/7/2025). Ke depannya, diupayakan agar keberadaan UMKM bisa lebih terintegrasi dengan keseluruhan konsep acara, biar makin menarik perhatian pengunjung. ***