Putin ke Trump, Kami Pantang Mundur! Soal Ukraina? Tetap Lanjut!
Putin ke Trump, Kami Pantang Mundur! Soal Ukraina? Tetap Lanjut!

Putin ke Trump, Kami Pantang Mundur! Soal Ukraina? Tetap Lanjut!

Sajikabar – Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini menyampaikan pesan tegas kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump: Moskow takkan mundur dari tujuannya di Ukraina. Hal ini terjadi di tengah kebuntuan perundingan damai yang diinisiasi AS, dan keputusan Washington untuk menunda pengiriman senjata ke Kiev. Percakapan telepon yang berlangsung hampir satu jam ini sontak menjadi perhatian dunia, mengingat konflik yang masih membara di wilayah tersebut.

Penegasan Putin ke Trump Soal Ukraina

Latar Belakang yang Rumit

Pembicaraan kedua pemimpin ini berlangsung di tengah situasi yang serba sulit. Perundingan damai yang diharapkan bisa meredakan konflik yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun, kini macet di tempat. Sementara itu, keputusan AS menghentikan sementara pengiriman senjata ke Ukraina memunculkan berbagai spekulasi tentang perubahan strategi Washington dalam menangani krisis ini.

“Situasi di Ukraina itu rumitnya bukan main, dan butuh pendekatan yang sangat hati-hati,” ujar Dr. Anastasia Volkova, seorang pengamat politik internasional dari Universitas Negeri Moskow. “Penghentian bantuan militer oleh AS mengirimkan sinyal yang campur aduk, baik ke Rusia maupun Ukraina.”

Inti Pembicaraan: Tujuan Rusia di Ukraina Itu Apa, Sih?

Dalam obrolan tersebut, Putin bersikeras bahwa Rusia akan terus mengejar tujuannya di Ukraina. Menurut Kremlin, tujuan ini adalah untuk “memberantas akar penyebab” yang memicu konflik yang tak kunjung usai. Yuri Ushakov, ajudan Kremlin, menjelaskan kepada wartawan bahwa Putin menyampaikan komitmen ini langsung kepada Trump.

“Presiden kami dengan jelas menyatakan bahwa Rusia akan mencapai semua tujuan yang sudah ditetapkan, yaitu memberantas akar masalah yang menyebabkan situasi saat ini,” kata Ushakov. “Rusia tidak akan menyerah pada tujuan ini.”

Klaim Rusia: Akar Masalahnya di Mana?

Moskow sejak lama beranggapan bahwa “akar penyebab” konflik di Ukraina adalah keinginan Kiev untuk bergabung dengan NATO. Rusia melihat ekspansi NATO ke arah timur sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka. Karena itu, Moskow menuntut jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota aliansi militer tersebut. Selain itu, Rusia juga menginginkan pengakuan atas aneksasi wilayah-wilayah di Ukraina timur yang sudah mereka kuasai.

“Rusia merasa terancam oleh ekspansi NATO,” kata Dimitri Orlov, analis pertahanan dari Pusat Studi Strategis di Moskow. “Pemerintah Rusia percaya bahwa Ukraina yang bergabung dengan NATO akan menjadi ancaman eksistensial bagi Rusia.”

Lalu, Bagaimana Nasib Negosiasi Selanjutnya?

Rusia Bilang Siap Rundingan, Tapi…

Meskipun menegaskan tekadnya untuk mencapai tujuan di Ukraina, Putin juga menyampaikan kepada Trump bahwa Rusia bersedia untuk terus ikut serta dalam perundingan damai. Ini menunjukkan bahwa Moskow masih membuka pintu untuk solusi diplomatik, meskipun dengan syarat dan ketentuan yang tidak main-main.

“Vladimir Putin mengatakan bahwa kami terus mencari solusi politik yang dinegosiasikan untuk konflik tersebut,” ujar Ushakov kepada wartawan.

Mencari Jalan Tengah, Mungkinkah?

Pernyataan Putin ini disambut baik oleh beberapa pihak yang berharap ada kemajuan dalam upaya perdamaian. Tapi, sejumlah analis memperingatkan bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang dan berliku. Perbedaan mendasar antara Rusia dan Ukraina, serta kurangnya kepercayaan antara kedua belah pihak, menjadi batu sandungan utama.

“Meskipun Rusia menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi, syarat yang diajukan, seperti jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, tampaknya tidak mungkin diterima oleh Kiev,” kata Profesor Olena Zinkevych dari Universitas Taras Shevchenko di Kiev. “Oleh karena itu, prospek perdamaian masih sangat tidak pasti.”

Di sisi lain, beberapa pengamat menyoroti pentingnya peran pihak ketiga, seperti AS, dalam membantu dialog antara Rusia dan Ukraina. Tapi, dengan ditundanya pengiriman senjata ke Kiev, kredibilitas AS sebagai mediator yang netral jadi dipertanyakan.

“AS perlu menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk mencari solusi damai yang adil bagi semua pihak,” kata James Dobbins, mantan Duta Besar AS untuk Uni Eropa. “Ini berarti menyeimbangkan tekanan pada Rusia dengan dukungan yang berkelanjutan untuk Ukraina.”

Situasi di Ukraina masih jadi perhatian utama dunia. Sementara perundingan damai jalan di tempat dan ketegangan militer masih tinggi, masa depan wilayah tersebut masih abu-abu. Dunia berharap kedua belah pihak bisa menemukan jalan keluar dari konflik ini melalui dialog dan kompromi. Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa tanpa kemajuan signifikan dalam perundingan, konflik ini akan terus berlanjut, dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi rakyat Ukraina dan stabilitas regional. ***

Tentang Luthfi Hermawan

Hi readers! Saya Luthfi, jurnalis yang selalu curious dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Menulis berita dan melakukan investigasi adalah passion saya. Mari kita jelajahi dunia informasi bersama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru