Ringgo Agus Rahman Ungkap Kekhawatiran Jadi Ayah "Fatherless", Relate?
Ringgo Agus Rahman Ungkap Kekhawatiran Jadi Ayah "Fatherless", Relate?

Ringgo Agus Rahman Ungkap Kekhawatiran Jadi Ayah “Fatherless”, Relate?

Sajikabar – Ringgo Agus Rahman blak-blakan soal ketakutannya menjadi ayah yang “fatherless” bagi anak-anaknya. Kira-kira, kamu relate nggak dengan kekhawatiran Ringgo ini?

Aktor yang selalu bikin kita ketawa ini baru aja curhat soal perannya sebagai ayah di era sekarang. Di tengah ramainya obrolan tentang bagaimana sih seharusnya jadi orang tua zaman now, Ringgo justru mengaku takut kalau dirinya malah jadi sosok “fatherless” buat kedua anaknya. Maksudnya, anak-anaknya merasa kurang diperhatikan secara emosional dan nggak ada keterlibatan aktif dari ayahnya. Waduh!

Ringgo Agus Rahman dan Kegelisahan Peran Ayah

Si kocak Ringgo ternyata punya kekhawatiran yang mendalam. Dalam sebuah diskusi santai di Senayan, Jakarta Pusat, Ringgo jujur mengaku sering bertanya-tanya, apakah kehadirannya sebagai ayah sudah benar-benar maksimal. “Gue tuh sering mikir, sebenernya gue beneran ada nggak sih buat anak gue? Jujur, gue nggak punya jawabannya,” katanya serius.

Dia bilang, ketakutan ini muncul karena masih banyak banget fenomena “fatherless” di sekitar kita, sadar atau nggak sadar. Ringgo nggak mau sombong dan merasa sudah jadi ayah yang paling oke. Justru keraguan inilah yang bikin dia terus belajar dan berusaha jadi ayah yang lebih baik lagi.

Kekhawatiran Ringgo ini bukan cuma soal perasaan pribadi. Dia ngelihat “fatherless” sebagai masalah sosial yang perlu diperhatikan. Menurutnya, banyak faktor yang bikin kondisi ini terjadi, mulai dari budaya patriarki yang masih kuat sampai kesibukan para ayah yang bikin susah cari waktu berkualitas sama anak. Aktor yang pernah main di film “Keluarga Cemara” ini sadar banget, jadi ayah yang baik itu bukan cuma soal ada secara fisik, tapi juga soal keterlibatan emosional yang mendalam.

“Fatherless”: Apa Saja Sih Penyebabnya? Kata Ringgo…

Lebih lanjut, Ringgo mencoba menjabarkan beberapa hal yang menurutnya jadi penyebab utama fenomena “fatherless”. Salah satunya adalah budaya patriarki yang masih kental di masyarakat kita. “Masih banyak bapak-bapak yang nggak mau ribet ngurus anak karena budaya patriarki. Semua urusan anak dianggap tanggung jawab ibu, itu masih kuat banget,” jelasnya.

Menurut Ringgo, budaya ini bikin peran ayah cuma jadi pencari nafkah aja, sementara urusan rumah tangga dan anak sepenuhnya diserahkan ke ibu. Alhasil, ayah jadi kurang terlibat dalam kehidupan anak, baik secara emosional maupun praktis.

Selain budaya, kesibukan kerja juga jadi masalah besar. Banyak ayah yang harus kerja keras buat memenuhi kebutuhan keluarga, jadi waktu buat anak jadi sedikit banget. Apalagi sekarang tuntutan kerja makin tinggi dan ekonomi makin berat. Ujung-ujungnya, ayah jadi stres dan nggak punya energi buat merhatiin anak. Ringgo sendiri paham banget dilema ini, karena dia juga punya jadwal kerja yang padat. Tapi, dia berusaha banget buat tetap punya waktu berkualitas bareng keluarga, walau cuma sebentar.

Dampak “Fatherless” ke Anak? Nggak Main-Main!

Suami dari Sabai Morscheck ini juga menyoroti dampak negatif “fatherless” buat tumbuh kembang anak. Kurangnya kehadiran dan keterlibatan ayah bisa mempengaruhi banyak hal, mulai dari emosional, sosial, sampai kognitif anak. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah yang positif biasanya kurang percaya diri, susah membangun hubungan yang sehat, dan gampang bermasalah dengan perilaku.

Berdasarkan penelitian, anak-anak yang mengalami “fatherless” juga lebih berisiko mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya. Prestasi akademik mereka juga cenderung lebih rendah dan lebih mungkin terlibat dalam tindakan kriminal. Dampak “fatherless” ini nggak cuma dirasakan anak laki-laki, tapi juga anak perempuan. Anak perempuan yang tumbuh tanpa figur ayah yang positif cenderung punya masalah dengan identitas gender dan kesulitan menjalin hubungan romantis yang sehat nanti.

Pentingnya Sosok Pengganti Ayah

Sadar akan dampak negatif “fatherless”, Ringgo menekankan pentingnya peran pengganti ayah dalam kehidupan anak. Menurutnya, kehadiran figur ayah pengganti bisa membantu anak mengatasi dampak negatif dari kurangnya kehadiran ayah kandung. “Cukup nggak sih kalau ibu berperan ganda? Nggak cukup. Bisa dari paman, bisa dari kakek. Harus ada yang menggantikan peran ayah,” imbuhnya. Figur ayah pengganti ini bisa memberikan dukungan emosional, bimbingan, dan contoh yang positif buat anak.

Peran pengganti ayah nggak harus selalu diisi sama anggota keluarga laki-laki. Guru, pelatih, atau tokoh masyarakat yang punya karakter positif juga bisa jadi figur ayah pengganti. Yang penting, figur tersebut bisa memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan yang dibutuhkan anak. Di sisi lain, Ringgo juga mengingatkan para ibu untuk nggak merasa bersalah atau gagal kalau harus jadi ibu sekaligus ayah. Dia menekankan pentingnya para ibu buat mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kalau merasa kesulitan.

Intinya, “fatherless” itu masalah kompleks yang butuh solusi dari banyak pihak. Ringgo Agus Rahman, dengan kejujurannya dan kepeduliannya, udah membuka diskusi penting tentang peran ayah dalam keluarga modern. Semoga obrolan ini bisa menginspirasi para ayah buat lebih terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, dan mendorong kita semua buat memberikan dukungan kepada keluarga yang mengalami “fatherless”. ***

Tentang Tommy Rinaldi

Hello everyone! Nama saya Tommy dan saya adalah content creator yang selalu hunt for viral topics. Kalau kalian mau tau apa yang lagi hot dan happening, follow tulisan saya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru