Rumah Dirusak Saat Retret di Sukabumi, Pesan Damai dari PBNU
Rumah Dirusak Saat Retret di Sukabumi, Pesan Damai dari PBNU

Rumah Dirusak Saat Retret di Sukabumi, Pesan Damai dari PBNU

Sajikabar – Rumah yang dijadikan tempat retret umat Kristen di Desa Tangkil, Cidahu, Sukabumi dirusak massa. Kejadian akhir Juni itu langsung menuai reaksi, salah satunya dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Organisasi Islam terbesar di Indonesia itu menekankan pentingnya toleransi dan komunikasi yang lebih baik antar umat beragama.

PBNU Angkat Bicara Soal Sukabumi

Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi, atau yang akrab disapa Gus Fahrur, mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Menurutnya, insiden itu mengindikasikan kurangnya komunikasi antara tokoh agama di wilayah tersebut. “Kita prihatin dengan kejadian ini. Seharusnya ada komunikasi yang lebih intens antar tokoh agama setempat, biar kejadian seperti ini tidak terulang,” ujarnya kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Gus Fahrur juga menyoroti pentingnya dialog berkelanjutan antarumat beragama. Katanya, dengan sering ngobrol, akan tercipta suasana yang harmonis dan saling pengertian. Selain itu, dialog bisa membuka mata terhadap berbagai kesamaan yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama.

Pesan Damai: Saling Menghormati Itu Kunci!

PBNU juga mengajak seluruh warga Indonesia untuk saling menghormati keyakinan masing-masing. Sikap curiga-mencurigai, menurut mereka, hanya akan memicu konflik. “Sebagai warga negara, kita wajib hukumnya untuk saling menghormati keyakinan orang lain. Bukan berarti kita harus mencampuradukkan keyakinan, lho ya,” tegas Gus Fahrur.

PBNU percaya banget, kalau nilai-nilai toleransi dan saling menghargai dijunjung tinggi, Indonesia bakal semakin kuat dan damai. Perbedaan keyakinan itu seharusnya jadi kekayaan bangsa, bukan malah jadi sumber perpecahan.

Kronologi Singkat Perusakan di Sukabumi

Kejadian perusakan rumah yang dipakai untuk retret umat Kristen ini terjadi pada 28 Juni lalu. Waktu itu, ada 36 jemaat, termasuk anak-anak dan pendamping, yang lagi asyik mengikuti kegiatan keagamaan.

Diduga, warga setempat melakukan perusakan bangunan dan fasilitas di rumah tersebut. Akibatnya, acara retret jadi kacau dan para peserta merasa terancam.

Tujuh Orang Jadi Tersangka

Polisi langsung bergerak cepat menangani kasus ini. Hasilnya, tujuh orang warga sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait perusakan tersebut. Mereka dijerat pasal tentang perusakan yang dilakukan bersama-sama.

“Masing-masing tersangka punya peran yang beda-beda dalam aksi perusakan itu,” kata seorang sumber dari kepolisian yang minta namanya dirahasiakan. Dia menambahkan, penyidikan masih terus berjalan untuk mengungkap motif dan siapa saja yang terlibat.

Polisi juga menyebutkan inisial para tersangka dan peran mereka, yaitu: RN (merusak pagar dan mengangkat salib), UE (merusak pagar), DM (merusak pagar), MD (merusak motor), MSM (menurunkan dan merusak salib besar), H (merusak pagar dan motor), dan EM (merusak pagar).

Kata Bupati Sukabumi Soal Kejadian Ini

Bupati Sukabumi, Asep Japar, juga ikut angkat bicara soal kejadian ini. Dia menegaskan bahwa masalah tersebut sudah diselesaikan dan meminta masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh berita yang belum jelas kebenarannya.

“Saya imbau semua, jangan mudah terprovokasi. Sayangi Sukabumi, masyarakat Sukabumi. Soal Cidahu, sudah selesai, tidak ada masalah apa-apa,” kata Asep Japar usai acara silaturahmi antara Forkopimda dan tokoh lintas agama di Pendopo Kabupaten Sukabumi.

Bupati Asep Japar juga mengimbau seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat, untuk aktif menjaga kerukunan dan ketertiban di Sukabumi. Dia berharap kejadian serupa tidak akan terulang lagi.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi berjanji akan terus melakukan upaya pencegahan konflik antarumat beragama. Salah satunya dengan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara berbagai pihak terkait.

Insiden di Sukabumi ini jadi pelajaran penting buat kita semua tentang pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Harapannya, dengan komunikasi yang baik dan sikap saling menghargai, perbedaan keyakinan tidak jadi sumber konflik, tapi jadi kekuatan untuk membangun bangsa yang lebih maju dan sejahtera. Pemerintah dan tokoh agama setempat terus berupaya menenangkan situasi dan memastikan kegiatan keagamaan bisa berjalan aman dan lancar. Kasus ini masih dalam proses hukum dan diharapkan bisa diselesaikan secara adil dan transparan. ***

Tentang Faris Nugroho

Perkenalkan, saya seorang wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik. Saya percaya bahwa informasi yang benar dan tepat waktu adalah hak setiap orang. Yuk, ikuti tulisan saya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru