Sajikabar – Bank Indonesia (BI) lagi gencar-gencarnya beli Surat Berharga Negara (SBN) nih. Langkah ini diambil bukan tanpa alasan, mengingat ekonomi global dan dalam negeri lagi penuh dinamika, apalagi isu nilai tukar Rupiah yang belakangan ini jadi perhatian banyak orang. Jadi, pembelian SBN ini bukan cuma sekadar urusan moneter, tapi juga wujud dukungan nyata BI buat kebijakan fiskal pemerintah dalam menjaga agar ekonomi kita tetap tumbuh.
Kenapa BI Ngeborong SBN?
Jadi, ada dua alasan utama kenapa BI agresif banget beli SBN. Pertama, tentu saja buat menjaga nilai tukar Rupiah biar tetap stabil terhadap mata uang asing. Kedua, buat mendukung kebijakan fiskal yang lagi dijalankan pemerintah.
Jaga-jaga Rupiah Nggak Bablas
Nilai tukar Rupiah yang stabil itu penting banget buat menjaga kondisi ekonomi makro kita. Kalau nilai tukar terlalu fluktuatif, efeknya bisa ke mana-mana, mulai dari inflasi, impor, ekspor, sampai kepercayaan investor. Nah, dengan membeli SBN, BI berusaha mengelola likuiditas Rupiah di pasar, biar nggak ada tekanan spekulatif yang bikin nilai tukar jadi nggak karuan. “Kami terus pantau pergerakan Rupiah dan siap ambil tindakan kalau diperlukan untuk menjaga stabilitasnya,” kata salah seorang Deputi Gubernur BI beberapa waktu lalu.
Bantu Pemerintah Biayai Pembangunan
Selain jaga Rupiah, pembelian SBN ini juga jadi bentuk kerja sama antara kebijakan moneter dan fiskal. Intinya, dengan beli SBN, BI secara nggak langsung bantu pemerintah membiayai berbagai program pembangunan dan menjaga agar defisit anggaran tetap terkendali. Dukungan ini penting banget, apalagi kondisi ekonomi global lagi nggak pasti dan kita butuh dana besar buat pemulihan ekonomi setelah pandemi. Selain itu, dengan menjaga imbal hasil SBN tetap stabil, BI juga bantu pemerintah mengelola utang negara dengan lebih efisien.
Berapa Banyak SBN yang Dibeli BI?
Sampai 26 Juni 2025, BI sudah mengakumulasi pembelian SBN dari pasar sekunder senilai Rp 132,9 triliun. Angka ini nunjukkin komitmen kuat BI buat menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Pembeliannya sendiri dilakukan bertahap dan terukur, disesuaikan dengan kondisi pasar dan kebutuhan likuiditas. Kebanyakan SBN yang dibeli punya jangka waktu menengah sampai panjang, yang nunjukkin fokus BI pada stabilitas jangka panjang. Detail lebih lanjut soal jenis dan jangka waktu SBN yang dibeli memang nggak diumbar ke publik, biar strategi operasionalnya nggak ketahuan. Tapi, sumber internal di BI bilang kalau pembeliannya dilakukan secara selektif, dengan mempertimbangkan risiko dan potensi imbal hasil. “Kami selalu berusaha dapat nilai terbaik dalam setiap transaksi,” ujarnya.
Langkah BI Selanjutnya?
BI menegaskan akan terus menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, serta mendukung pemulihan ekonomi nasional. Pembelian SBN akan terus dilakukan secara terukur dan hati-hati, dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi global dan dalam negeri. BI juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait untuk memastikan kebijakan yang sinergis dan efektif.
Selain beli SBN, BI juga terus memaksimalkan kebijakan lainnya, seperti suku bunga acuan, rasio giro wajib minimum (GWM), dan kebijakan makroprudensial. Stimulus kebijakan makroprudensial dan percepatan digitalisasi sistem pembayaran juga jadi fokus utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. “Kami akan terus pantau perkembangan ekonomi dan siap ambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat koordinasi dengan pemerintah belum lama ini.
Ke depannya, BI juga akan terus memperkuat komunikasi dengan publik dan pelaku pasar untuk meningkatkan transparansi dan kredibilitas kebijakan. Ini penting untuk membangun kepercayaan dan mengurangi gejolak di pasar keuangan. Dengan kombinasi kebijakan yang komprehensif dan komunikasi yang efektif, BI berharap bisa terus menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Indonesia. Analis ekonomi memperkirakan langkah-langkah yang diambil BI ini akan berdampak positif bagi perekonomian dalam jangka menengah hingga panjang, meskipun tantangan global masih akan terus membayangi. Pemerintah juga menyambut baik langkah BI ini sebagai bentuk dukungan nyata terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional. ***