Serbuan "Kumbang Cinta" Bikin Warga Korea Selatan Histeris!
Serbuan "Kumbang Cinta" Bikin Warga Korea Selatan Histeris!

Serbuan “Kumbang Cinta” Bikin Warga Korea Selatan Histeris!

Sajikabar – Jutaan serangga menyerbu Korea Selatan! Warga dibuat heboh dan resah oleh kedatangan tak diundang “kumbang cinta” atau lovebug yang jumlahnya bikin geleng-geleng kepala. Kehadiran mereka bukan cuma mengganggu, tapi juga memicu pertanyaan besar: ada apa dengan lingkungan kita? Pemerintah setempat pun turun tangan, mencari cara mengatasi invasi serangga ini. Serangan lovebug ini seolah jadi alarm, mengingatkan kita tentang perubahan iklim dan dampaknya ke kota-kota kita.

Mengenal Si “Kumbang Cinta” Lebih Dekat

Siapa sih sebenarnya “kumbang cinta” ini? Nama kerennya Plecia longiforceps, sejenis lalat yang aslinya banyak ditemukan di daerah subtropis seperti China bagian tenggara, Taiwan, dan Kepulauan Ryukyu, Jepang. Kenapa disebut “kumbang cinta”? Soalnya, mereka punya kebiasaan unik: terbang berpasangan saat kawin, nempel terus kayak perangko! Ukurannya sih kecil, cuma beberapa milimeter, warnanya hitam mengkilap dengan sayap bening. Sebenarnya, mereka nggak gigit atau berbahaya langsung, tapi kalau jumlahnya jutaan, ya jelas bikin nggak nyaman!

“Sebetulnya, lovebug ini nggak bahaya, malah bantu penyerbukan,” kata Kim Hyun-woo, ahli serangga dari Universitas Nasional Seoul. “Cuma, karena jumlahnya banyak banget, wajar kalau warga jadi risih.”

Kenapa Korea Selatan Jadi Incaran “Kumbang Cinta”?

Serbuan “kumbang cinta” di Korea Selatan bukan barang baru, tapi belakangan ini makin menjadi-jadi. Pertama kali terdeteksi tahun 2015, diduga datang dari China. Mulai tahun 2022, mereka muncul dalam jumlah super banyak di Seoul dan sekitarnya, terutama pas bulan Juni dan Juli.

Ada beberapa faktor yang bikin populasi serangga ini meledak. Salah satunya ya perubahan iklim! Suhu rata-rata di Korea makin naik, bikin lingkungan jadi lebih cocok buat “kumbang cinta” berkembang biak.

Peran Penting Perubahan Iklim dan “Pulau Panas” Kota

Perubahan iklim emang punya andil besar dalam fenomena ini. Suhu global yang naik bikin habitat serangga geser ke utara, termasuk ke Seoul dan sekitarnya. Data dari Badan Meteorologi Korea menunjukkan, suhu rata-rata di Seoul naik 1,5 derajat Celsius dalam 30 tahun terakhir! Nggak main-main, kan?

Selain itu, ada juga efek “pulau panas” perkotaan yang memperparah keadaan. Kota-kota dengan banyak beton dan aspal cenderung menyerap dan menahan panas lebih banyak daripada daerah pedesaan. Hasilnya, suhu di kota jadi lebih tinggi, dan “kumbang cinta” pun betah banget tinggal di sana.

“Efek pulau panas di Seoul itu signifikan banget,” jelas Lee Min-ji, peneliti lingkungan dari Institut Penelitian Lingkungan Korea. “Bangunan dan jalanan nyerap panas matahari dan memancarkannya lagi, bikin lingkungan mikro jadi lebih hangat.”

Apa Dampaknya Buat Warga?

Kehadiran jutaan “kumbang cinta” ini tentu berdampak ke kehidupan warga Seoul dan sekitarnya. Mereka sering nempel di mana-mana: jendela mobil, dinding rumah, restoran, stasiun kereta… Pokoknya bikin ribet!

Belum lagi bangkai mereka yang numpuk, bikin masalah kebersihan dan nggak enak dipandang. Beberapa warga bahkan mengeluhkan bau nggak sedap dari bangkai serangga itu. Di media sosial, beredar foto dan video tumpukan bangkai “kumbang cinta” di taman dan jalanan.

Pemerintah Kota Seoul sampai kewalahan menerima puluhan ribu keluhan dari warga soal serbuan “kumbang cinta” ini. Mulai dari gangguan sehari-hari, masalah kebersihan, sampai kekhawatiran soal kesehatan.

Apa yang Dilakukan Pemerintah Korea Selatan?

Menanggapi keluhan warga dan populasi “kumbang cinta” yang makin menggila, pemerintah Korea Selatan nggak tinggal diam. Kementerian Lingkungan Korea Selatan mengimbau warga untuk nggak pakai pestisida, karena bisa membahayakan serangga lain dan ekosistem. Mereka menyarankan warga pakai semprotan air atau pengusir serangga alami saja.

Pemerintah Kota Seoul juga meningkatkan pembersihan area publik untuk membersihkan bangkai serangga dan mengurangi populasi “kumbang cinta”. Selain itu, mereka juga lagi meneliti lebih lanjut soal perilaku dan ekologi serangga ini, biar bisa bikin strategi pengendalian yang lebih efektif dan berkelanjutan.

“Kami serius menangani masalah ini,” tegas Park Soo-jin, juru bicara Pemerintah Kota Seoul. “Kami akan terus memantau situasi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kenyamanan dan kesehatan warga.”

Pemerintah pusat juga berencana menginvestasikan lebih banyak dana untuk penelitian tentang dampak perubahan iklim terhadap ekosistem perkotaan, serta mengembangkan strategi adaptasi yang lebih komprehensif. Harapannya, tindakan ini bisa mengurangi risiko serbuan serangga di masa depan dan melindungi lingkungan perkotaan dari dampak perubahan iklim. Serbuan “kumbang cinta” ini jadi pengingat pentingnya kesadaran lingkungan dan perlunya tindakan bersama untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. ***

Tentang Diah Kusuma

Hi readers! Saya Diah, jurnalis yang selalu curious dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Menulis berita dan melakukan investigasi adalah passion saya. Mari kita jelajahi dunia informasi bersama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru