Sajikabar – Suzuki rupanya punya pandangan sendiri soal ramainya perang harga mobil, terutama yang dipicu merek-merek asal Tiongkok di Indonesia. Alih-alih ikut-ikutan banting harga, Suzuki memilih untuk tetap berpegang pada kualitas produk dan layanan purna jual yang selama ini jadi andalan mereka. Bagi Suzuki, menjaga kepercayaan konsumen yang sudah dibangun bertahun-tahun jauh lebih penting daripada sekadar menawarkan harga murah meriah.
Fokus Suzuki: Bukan Sekadar Harga Murah
Donny Saputra, Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), menegaskan bahwa strategi mereka adalah memberikan yang terbaik bagi konsumen. Caranya? Ya, lewat produk berkualitas dan layanan yang oke punya. “Kami yakin kualitas produk dan layanan itu penting banget. Pembeli mobil itu mikirnya bukan cuma harga, tapi juga performa, ketahanan, dan gampangnya perawatan,” jelas Donny saat ditemui di Jakarta.
Donny juga menambahkan, Suzuki sudah lama berinvestasi besar-besaran di Indonesia. Investasi ini meliputi jaringan dealer yang luas, ketersediaan suku cadang yang mudah dicari, sampai pelatihan teknisi yang mumpuni. “Semua ini kami lakukan supaya konsumen Suzuki puas dan nggak pusing saat punya mobil Suzuki,” tambahnya.
Kenapa Suzuki Ogah Ikut Perang Harga?
Menurut Donny, kalau harga dipangkas habis-habisan, bisa-bisa kualitas produk dan layanan jadi korban. “Kami nggak mau menurunkan standar demi sekadar menang harga. Kami maunya kasih produk yang benar-benar value for money, harga yang sesuai dengan apa yang didapatkan konsumen,” tegasnya.
Selain itu, Suzuki juga mikir panjang soal dampak perang harga ini. “Kalau semua produsen mobil terus-terusan banting harga, ya ujung-ujungnya industri otomotif yang rugi. Investasi berkurang, inovasi mandek, dan lapangan kerja bisa terancam,” ungkap Donny.
Gebrakan Harga Mobil China di Indonesia
Belakangan ini, pasar otomotif Indonesia memang lagi heboh dengan strategi banting harga yang dilakukan beberapa merek mobil asal China. Tujuannya jelas, buat mendongkrak penjualan dan menarik perhatian konsumen yang makin sensitif soal harga.
MG Motors: Raja Diskon?
Salah satu contoh yang paling mencolok adalah MG Motors. Merek asal Inggris yang sekarang dimiliki perusahaan China ini, menurunkan harga mobil listrik andalannya, MG4 EV, secara gila-gilaan. Awalnya harganya Rp 640 juta, tapi sekarang dijual sekitar Rp 395 juta setelah beberapa kali revisi. Lumayan, turun sekitar Rp 245 juta!
Penurunan harga yang drastis ini jelas bikin banyak orang tertarik, terutama yang pengen punya mobil listrik dengan harga lebih bersahabat. Tapi, langkah ini juga dikritik beberapa pihak yang menilai MG melakukan praktik dumping, alias jualan di bawah harga pasar demi menguasai pasar.
Merek China Lain Ikutan Banting Harga
Nggak cuma MG, merek mobil China lainnya seperti BAIC dan Chery juga ikutan memangkas harga. BAIC menurunkan harga BJ40 Plus sampai Rp 92 jutaan, sementara Chery memotong harga E5 hingga Rp 105 jutaan. Persaingan harga yang makin sengit ini memang bikin konsumen senang, karena punya lebih banyak pilihan mobil dengan harga yang lebih murah.
Tapi, perang harga ini juga bikin produsen mobil lain, termasuk Suzuki, khawatir. Mereka takut kalau perang harga terus berlanjut, industri otomotif bisa babak belur.
“Kami menghormati keputusan produsen lain untuk memangkas harga. Tapi, kami memilih untuk tetap fokus pada kualitas produk dan layanan. Kami percaya konsumen akan menghargai nilai yang kami tawarkan,” pungkas Donny.
Di tengah serbuan mobil China yang harganya bikin ngiler, Suzuki tampaknya lebih memilih main aman dengan menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen. Mereka yakin, dengan memberikan produk dan layanan terbaik, mereka bisa tetap bersaing dan mempertahankan posisinya di pasar otomotif Indonesia. Entah strategi ini bakal berhasil atau tidak, yang jelas Suzuki nggak mau ikut-ikutan dalam pusaran perang harga yang bisa merugikan semua pihak. ***