Sajikabar – Tragedi yang menimpa Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Juni lalu, memasuki babak baru. Kabarnya, pemerintah Brasil serius mempertimbangkan jalur hukum atas kejadian ini. Mereka ingin memastikan, jika ada kelalaian dari pihak berwenang Indonesia yang berkontribusi pada meninggalnya Juliana, hal itu tidak akan luput dari perhatian.
Kemungkinan Tuntutan Hukum dari Brasil?
Keseriusan Brasil menanggapi kasus ini seolah menjawab kekhawatiran dan harapan keluarga Juliana untuk mendapatkan keadilan. Pemerintah Brasil sendiri tampaknya sangat berhati-hati, ingin semuanya berdasarkan bukti sebelum melangkah lebih jauh.
Autopsi Ulang Jadi Kunci
Jadi, apa yang akan menentukan apakah Brasil akan membawa kasus ini ke pengadilan? Jawabannya ada pada hasil autopsi ulang yang sedang berlangsung di Brasil. “Kami masih menunggu laporan resmi dari Indonesia mengenai penyebab kematian Juliana,” kata seorang sumber di Kantor Federal Pembela Publik Brasil (DPU). Sumber yang enggan disebutkan namanya ini menambahkan, hasil autopsi ulang akan menjadi dasar utama untuk menentukan langkah selanjutnya. Jika memang ada indikasi kelalaian, opsi penyelidikan internasional dan tuntutan hukum akan dipertimbangkan matang-matang.
Keluarga Juliana memang meminta dilakukan autopsi ulang. Mereka merasa belum mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai penyebab pasti dan waktu meninggalnya Juliana dari pihak berwenang Indonesia. Harapannya, autopsi ulang ini bisa memberikan jawaban yang lebih lengkap dan transparan.
Apa Kata Kantor Federal Pembela Publik Brasil (DPU)?
DPU secara resmi meminta Kepolisian Federal Brasil untuk melakukan penyelidikan mendalam. Mereka ingin mencari tahu apakah ada unsur pelanggaran pidana, seperti pengabaian atau kelalaian, oleh otoritas Indonesia dalam penanganan kasus Juliana.
“Kami akan sepenuh hati mendukung keluarga Juliana dalam mencari keadilan,” tegas Taisa Bittencourt, seorang advokat HAM dari DPU. “Jika terbukti ada kelalaian dan pembiaran, kasus ini akan kami bawa ke badan hukum internasional seperti Inter-American Comission on Human Rights (IACHR).”
Bagaimana Kronologi Kejadiannya?
Tragedi yang dialami Juliana di Gunung Rinjani memang memicu sorotan tajam. Rangkaian kejadian yang berakhir dengan kematiannya, membuat banyak orang mempertanyakan prosedur keamanan dan penanganan darurat di kawasan wisata alam itu.
Juliana Terjebak di Rinjani
Juliana Marins dilaporkan hilang pada 21 Juni lalu setelah tersesat di sekitar puncak Gunung Rinjani. Informasi awal menyebutkan Juliana diduga terjatuh sekitar pukul 06.30 WITA. Cuaca ekstrem dan medan yang sulit menjadi penghalang utama dalam proses pencarian.
Pencarian yang Penuh Tantangan
Tim SAR gabungan langsung bergerak begitu menerima laporan hilangnya Juliana. Pencarian dimulai sekitar pukul 09.50 WITA di hari yang sama. Sayangnya, cuaca buruk dan kondisi medan yang berat membuat upaya pencarian awal jadi terhambat.
Keesokan harinya, tim SAR mencoba menggunakan drone untuk membantu pencarian. Tapi lagi-lagi, kabut tebal menghalangi pandangan. Juliana akhirnya ditemukan pada hari Senin sekitar pukul 07.05 WITA dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Proses evakuasi jenazah baru bisa dilakukan pada hari Rabu (25/6) pagi pukul 06.00 WITA. Cuaca buruk dan medan yang terjal membuat evakuasi harus dilakukan secara manual, dengan metode lifting oleh petugas SAR.
Langkah Selanjutnya dari Brasil?
Pemerintah Brasil terus memantau perkembangan kasus ini dengan saksama. Mereka juga terus berkomunikasi dengan keluarga Juliana, berusaha memastikan keadilan ditegakkan.
Koordinasi dengan Kantor Jaksa Agung Brasil (AGU)
AGU menyatakan siap mendampingi autopsi ulang jenazah Juliana atas permintaan keluarga. Mereka bahkan telah meminta Pengadilan Federal untuk mengadakan rapat darurat dengan DPU dan pemerintah, demi menentukan respons yang tepat terkait kasus ini.
“Penting untuk melakukan autopsi dan analisis ulang demi memastikan penyebab kematian,” demikian pernyataan resmi dari AGU. “Ini adalah cara untuk memastikan keluarga korban menerima hak dan pelayanan yang sesuai dengan hukum Brasil.”
Penyelidikan Internasional?
Selain penyelidikan internal, pemerintah Brasil juga mempertimbangkan untuk meminta penyelidikan internasional atas kematian Juliana. Langkah ini akan diambil jika autopsi ulang dan penyelidikan internal mengindikasikan adanya kelalaian dari pihak berwenang Indonesia.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keadilan bagi Juliana,” ujar seorang diplomat Brasil di Jakarta. “Pemerintah Brasil berkomitmen untuk melindungi hak warganya, di mana pun mereka berada.”
Kasus kematian Juliana di Gunung Rinjani menjadi pengingat penting. Keselamatan dan keamanan para pendaki dan wisatawan di Indonesia adalah hal yang krusial. Diharapkan, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan standar keamanan dan penanganan darurat di kawasan wisata alam. Penyelidikan yang transparan dan akuntabel atas kasus ini juga penting, demi membangun kepercayaan dan menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Brasil. ***