Trump Tinggalkan Warisan? Negosiasi AS-Eropa Buntu di Ujung Waktu
Trump Tinggalkan Warisan? Negosiasi AS-Eropa Buntu di Ujung Waktu

Trump Tinggalkan Warisan? Negosiasi AS-Eropa Buntu di Ujung Waktu

Sajikabar – Amerika Serikat dan Uni Eropa lagi adu tarik ulur soal tarif impor, nih. Deadline 9 Juli 2025 makin dekat, tapi warisan kebijakan dagang era Donald Trump masih jadi batu sandungan besar. Kalau sampai batas waktu itu nggak ada titik temu, siap-siap aja tarif tinggi mengacaukan lalu lintas perdagangan dunia.

Tarif Mengintai di Ujung Waktu

Pertemuan demi pertemuan terus digelar, AS dan UE berusaha sekuat tenaga menghindari skenario terburuk. Tapi, sumber terpercaya bilang, kemajuannya lambat banget. Kalau sampai 9 Juli 2025 belum ada kesepakatan yang jelas, barang-barang impor dari Eropa yang masuk ke AS bisa kena bea masuk yang lumayan tinggi, bahkan sampai 50% untuk beberapa produk. Dampaknya? Bakal kerasa banget, mulai dari konsumen sampai produsen di kedua sisi Atlantik. Harga barang di AS bisa naik, sementara eksportir Eropa bisa kehilangan daya saing.

Balasan dari Eropa?

Uni Eropa juga nggak mau kalah. Mereka udah nyiapin balasan kalau AS benar-benar nekat pasang tarif. Produk-produk andalan ekspor AS jadi target. Ini sinyal kuat kalau UE siap perang dagang kalau negosiasi benar-benar buntu. Bayangin, dua raksasa ekonomi ini perang tarif, efeknya pasti ke mana-mana. Data dari Dewan Eropa menunjukkan, perdagangan AS-UE itu sekitar 30% dari total perdagangan barang dunia. Nilainya? Tahun 2024 aja mencapai US$ 1,98 triliun. Beberapa produk yang berpotensi kena getahnya termasuk obat-obatan, kendaraan bermotor, dan produk minyak bumi.

Trump dan Eropa: Dulu Musuh, Sekarang…?

Kebijakan proteksionis ala Donald Trump masih jadi isu utama dalam negosiasi ini. Dulu, Trump sering banget nyindir hubungan dagang AS-UE, bilang UE curang dan memanfaatkan AS. Dia merasa kebijakan dagang yang ada merugikan industri AS dan bikin defisit perdagangan. Pandangan ini ternyata masih mempengaruhi arah kebijakan dagang AS, walaupun Trump udah nggak jadi presiden. Sikap keras AS sekarang ini bisa jadi upaya buat mengubah persepsi soal ketidakseimbangan hubungan dagang dengan Eropa.

Negosiasi Kok Lambat?

Proses negosiasi ini memang nggak gampang. Banyak perbedaan pandangan soal isu-isu penting kayak akses pasar, standar regulasi, dan subsidi. Sumber internal cerita, awal minggu ini sempat ada harapan soal kesepakatan politik yang sederhana. Tapi, sampai sekarang belum ada kejelasan. Kompleksitas masalah dan kepentingan yang beda-beda dari tiap negara anggota UE bikin makin sulit mencapai kata sepakat.

Kata Mereka Soal Negosiasi

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sempat optimis soal peluang kesepakatan. “Tujuan kami adalah kesepakatan prinsip,” katanya beberapa hari lalu. Dia juga bilang UE udah menyiapkan rencana lain kalau negosiasi gagal. “Semua instrumen sudah tersedia,” tegasnya. Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, juga bilang pertemuannya dengan pejabat AS di Washington berjalan positif. “Pekerjaan terus berlanjut. Sasaran kami tetap tidak berubah: kesepakatan perdagangan transatlantik yang baik dan ambisius,” tulisnya di media sosial. Tapi, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, lebih hati-hati. “Kita lihat apa yang bisa kita lakukan dengan Uni Eropa,” komentarnya. Ketidakpastian ini nunjukkin betapa rumitnya negosiasi ini dan sulitnya memprediksi hasilnya. Kita tunggu aja perkembangan selanjutnya, soalnya dampaknya bisa besar banget buat ekonomi global. ***

Tentang Faris Nugroho

Perkenalkan, saya seorang wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik. Saya percaya bahwa informasi yang benar dan tepat waktu adalah hak setiap orang. Yuk, ikuti tulisan saya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru