Sajikabar – Mengerikan! Usia 30-an Kena Kanker Usus: Kisah Pasien Bandung Ini Buka Mata Soal Gejala Awal
Kanker usus kini makin sering menghantui usia muda. Cerita Eriama Agustina, seorang pasien di Bandung, jadi tamparan keras buat kita semua. Ia baru sadar mual, pusing, dan sakit perut hebat yang bertahun-tahun dianggap biasa, ternyata sinyal bahaya kanker usus! Pengalaman Eriama ini pelajaran berharga, jangan sampai kita abai sama kesehatan pencernaan.
Gejala Awal? Seringnya Malah Disepelekan!
Eriama, yang tinggal di Bandung, awalnya santai aja dengan gejala-gejala yang dialaminya. “Dulu aku pikir cuma masalah pencernaan biasa. Nggak nyangka kalau mual, pusing, dan kolik itu ternyata gejala kanker yang udah lama banget aku rasain,” ujarnya. Mual dan pusing datang seenaknya, sementara kolik – nyeri perut yang bikin nggak karuan – sering mengganggu aktivitasnya. Belum lagi nyeri punggung dan susah BAB, kadang sampai seminggu sekali!
Sayangnya, gejala-gejala kayak gini sering banget kita anggap remeh. Apalagi anak muda, mikirnya cuma kecapekan atau salah makan. Padahal, bisa jadi itu tanda awal ada masalah serius di sistem pencernaan kita, termasuk kanker usus!
“Seringnya pasien datang ke dokter sudah stadium lanjut, karena telat sadar,” kata Dr. Bambang, seorang onkolog di Bandung. “Penting banget periksa kalau ada perubahan pola BAB, sakit perut yang nggak hilang-hilang, atau berat badan turun drastis tanpa alasan jelas.”
Berjuang Melawan Kanker Usus Stadium 2A
Karena merasa makin nggak enak badan, Eriama akhirnya periksa ke dokter ditemani suaminya. Hasil CT scan bikin kaget: ada tumor di ususnya! Pemeriksaan lanjutan memastikan bahwa tumor itu ganas dan positif kanker usus. Eriama divonis kanker usus stadium 2A.
Jelas, berita ini bikin Eriama dan keluarganya terpukul. Tapi, dia nggak mau nyerah! Dengan dukungan orang-orang tersayang, Eriama menjalani serangkaian pengobatan, termasuk operasi pengangkatan sebagian usus. “Untungnya cuma dipotong ususnya aja, dan kata dokter udah bersih dari kanker,” ungkapnya lega.
Lebih beruntung lagi, Eriama nggak perlu pakai stoma – lubang buatan di perut untuk buang air besar. Proses pemulihannya berjalan lancar, dan hampir setahun berjuang, dia dinyatakan remisi alias bebas dari sel kanker! Meski begitu, dia tetap harus kontrol rutin setiap bulan.
Kontrol Rutin dan Gaya Hidup Sehat Itu Wajib!
Setelah dinyatakan remisi, Eriama tetap harus rajin kontrol setiap bulan untuk memantau kondisinya. Dokter juga kasih catatan penting soal gaya hidup dan pola makan. “Misalnya, pedas jangan dulu, kurangi tepung-tepungan, makanan yang dibakar, dan sebisa mungkin hindari makanan yang mengandung pengawet, pemanis, pewarna, dan penyedap,” jelasnya.
Perubahan gaya hidup jadi kunci penting untuk mencegah kanker usus datang lagi. Eriama mulai lebih hati-hati memilih makanan, memperbanyak buah dan sayur, serta menjauhi makanan olahan dan cepat saji. Dia juga berusaha olahraga teratur dan mengelola stres dengan baik.
“Kanker usus bisa dicegah dengan deteksi dini dan gaya hidup sehat,” tegas Dr. Bambang. “Penting untuk melakukan skrining kanker usus secara rutin, apalagi kalau ada riwayat keluarga dengan penyakit ini.”
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Kena Kanker Usus?
Sampai sekarang, Eriama belum tahu pasti apa penyebab kanker usus yang diidapnya. Tapi, dokter bilang ada banyak faktor yang bisa jadi pemicunya, terutama di usia muda. “Salah satunya ya kurang serat, dari pola makan,” kata Eriama, menirukan ucapan dokternya.
Selain kurang serat, faktor lain yang diduga berperan dalam peningkatan kasus kanker usus pada usia muda adalah pola makan yang nggak sehat, kurang gerak, obesitas, merokok, dan minum alkohol berlebihan. Faktor genetik juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker usus.
Menurut laporan American Cancer Society 2023, kanker kolorektal pada orang dewasa di bawah 55 tahun meningkat dari 11 persen (1 dari 10 orang) pada 1995 menjadi 20 persen (1 dari 5 orang) pada 2019. “Setiap generasi yang lahir di paruh kedua abad ke-20 mengalami peningkatan insiden berbagai jenis kanker umum dibandingkan generasi sebelumnya di AS,” tulis para peneliti.
Kisah Eriama ini jadi alarm buat kita semua untuk lebih peduli sama kesehatan pencernaan dan melakukan deteksi dini kanker usus. Dengan mengenali gejala awal dan menerapkan gaya hidup sehat, kita bisa mengurangi risiko terkena penyakit mematikan ini. Jangan lupa, kontrol rutin ke dokter dan perubahan pola hidup adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan menjauhi kanker usus! ***