Waspada! Virus Hanta Menyebar di Beberapa Wilayah Indonesia, Bukan Cuma Jawa Barat
Waspada! Virus Hanta Menyebar di Beberapa Wilayah Indonesia, Bukan Cuma Jawa Barat

Waspada! Virus Hanta Menyebar di Beberapa Wilayah Indonesia, Bukan Cuma Jawa Barat

Sajikabar – Hati-hati! Virus Hanta ternyata tak hanya mengintai di Jawa Barat, tapi sudah terdeteksi di beberapa wilayah lain di Indonesia. Penyakit yang dibawa tikus ini makin nyata ancamannya. Kabar terbaru menyebutkan, virus Hanta sudah menyebar ke beberapa provinsi, membuat masyarakat dan tenaga kesehatan jadi waswas. Yuk, kita kenalan lebih dekat dengan virus Hanta, kenali gejalanya, dan lihat bagaimana penyebarannya di Indonesia.

Apa Itu Virus Hanta?

Sederhananya, virus Hanta itu sekumpulan virus yang menular ke manusia lewat perantaraan tikus. Bisa lewat air kencingnya, kotorannya, air liurnya, bahkan gigitannya kalau tikusnya terinfeksi. Di Indonesia, jenis tikus yang jadi biang kerok penyebaran virus Hanta ini adalah tikus got (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (Rattus tanezumi). Virus ini bisa bikin penyakit serius dengan gejala yang beda-beda, tergantung jenis virusnya dan bagaimana tubuh kita merespons. Makanya, keberadaan tikus di sekitar rumah dan perkotaan jadi faktor utama penyebaran virus ini.

Jenis Penyakit yang Disebabkan Virus Hanta

Infeksi virus Hanta bisa menyebabkan dua jenis penyakit utama: Hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) dan Hantavirus pulmonary syndrome (HPS). Keduanya punya perbedaan mencolok dari segi gejala, tingkat keparahan, dan wilayah penyebarannya.

Hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)

HFRS ini lebih sering ditemui di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Masa inkubasi virus penyebab HFRS biasanya sekitar 1 sampai 2 minggu. Angka kematian akibat HFRS lumayan juga, sekitar 5 sampai 15 persen. Gejala awalnya biasanya mual, mata merah, muncul ruam, demam, sakit kepala, dan nyeri punggung.

Kalau kondisinya makin parah, HFRS bisa menyebabkan anuria (kondisi hampir tidak menghasilkan urine), oliguria (produksi urine menurun), gangguan pencernaan, gangguan saraf, sampai gangguan pernapasan. Kondisi ini butuh penanganan medis intensif biar nggak ada komplikasi yang lebih serius. “Penting banget untuk langsung cari pertolongan medis kalau mengalami gejala-gejala tersebut, apalagi kalau ada riwayat kontak dengan tikus,” kata seorang dokter spesialis penyakit dalam dari sebuah rumah sakit swasta di Jakarta.

Hantavirus pulmonary syndrome (HPS)

Nah, kalau HPS ini lebih sering ditemukan di Amerika. Masa inkubasi virus Hanta penyebab HPS biasanya sekitar 14 sampai 17 hari sejak pertama kali terinfeksi. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain batuk, sesak napas, sakit perut, muntah, demam, nyeri badan, lemas (malaise), dan diare.

Gejala lanjutan yang mungkin muncul termasuk tekanan darah rendah, detak jantung nggak beraturan, sampai gangguan paru-paru. Parahnya, HPS bisa menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru serta kerusakan jaringan. HPS ini tingkat kematiannya lebih tinggi dari HFRS, jadi penting banget untuk diagnosis dini dan penanganan yang tepat.

Kasus Virus Hanta di Indonesia, Sudah Sampai Mana?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI baru-baru ini mengumumkan adanya kasus infeksi virus Hanta di beberapa daerah di Indonesia. Bulan Mei 2025 lalu, ada pasien di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang sempat dirawat di RSUP Hasan Sadikin Bandung sebelum akhirnya sembuh. Kasus ini bikin tim kesehatan bergerak cepat melakukan surveilans untuk mencari kemungkinan kasus lain di berbagai daerah.

Dari hasil surveilans Kemenkes, ditemukan total delapan kasus virus Hanta di empat provinsi. Semuanya adalah tipe HFRS. Selain Jawa Barat, kasus juga ditemukan di D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Meski nggak ada detail jumlah kasus di tiap daerah yang diumumkan, Kemenkes memastikan semua pasien sudah sembuh total dan boleh pulang.

“Kondisi semua pasien sudah sembuh dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) 0 persen,” jelas Juru Bicara Kemenkes, drg. Widyawati, dalam keterangan resminya. Meski begitu, kita tetap harus waspada. Pemerintah daerah di wilayah yang ada kasusnya diminta untuk lebih gencar mengendalikan populasi tikus dan memberikan edukasi ke masyarakat tentang cara mencegah penularan virus Hanta.

Pemerintah mengimbau kita semua untuk menjaga kebersihan lingkungan, menutup celah-celah di bangunan yang bisa jadi sarang tikus, dan pakai alat pelindung diri saat membersihkan area yang mungkin kena kencing atau kotoran tikus. Sosialisasi tentang gejala dan cara penularan virus Hanta juga terus dilakukan lewat berbagai media, termasuk media massa dan media sosial.

Nggak cuma itu, Kemenkes juga bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk memperkuat sistem surveilans dan deteksi dini kasus virus Hanta. Tujuannya biar bisa cepat dan efektif menangani kasus baru yang mungkin muncul. Dengan langkah pencegahan dan pengendalian ini, diharapkan risiko penyebaran virus Hanta di Indonesia bisa ditekan sekecil mungkin. Kalau pemerintah dan masyarakat bekerja sama, ancaman virus Hanta bisa dikendalikan dan kesehatan kita semua bisa terlindungi. “Kami terus memantau perkembangan situasi dan siap mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus Hanta,” tutup drg. Widyawati. ***

Tentang dr. Luki Setyawan

Halo semuanya! Saya seorang health practitioner yang passionate untuk berbagi informasi kesehatan. Mari kita jalani hidup sehat bersama-sama dengan tips dan insight yang saya bagikan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Berita Terbaru